Bikin Pengajian Khusus tapi Gunakan Tema yang Umum, Apakah Afdhol? Ustaz Adi Hidayat Paparkan Sifat-sifatnya
- Tangkapan layar YouTube Adi Hidayat Official
tvOnenews.com - Ustaz Adi Hidayat seperti biasanya mengisi acara tausiyahnya dengan semangat. Kebetulan ia mengambil tema seputar "pengajian".
Ustaz Adi Hidayat mengatakan setidaknya pengajian memiliki dua sifat, yakni umum dan khusus. Artinya, ada perbedaan mencolok dari kedua hal ini.
Tidak sedikit sekumpulan orang membuat acara pengajian khusus, namun tema yang diambil bersifat umum. Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengatakan hal ini berdampak terhadap gelaran itu sendiri.
Menurut UAH, wajib memahami terlebih dahulu seputar cara menggelar pengajian dan sifat-sifatnya. Sangat berdampak untuk pemahaman nilai ilmu agamanya.
"Bagaimana menyelenggarakan dan mengatur majelis ilmu yang disebut majelis taklim? Nah boleh punya dua sifat. Sifat pertama majelis khusus, dan kedua pengajian yang umum," ungkap UAH dalam suatu kajiannya dinukil dari kanal YouTube Adi Hidayat Official, Selasa (4/2/2025).
- Freepik/odua
Â
Perbedaan sifat-sifat ini mengingatkan penegasan, pengajian adalah kegiatan yang biasa diisi dengan belajar-mengajar seputar agama Islam.
Kegiatan pembelajaran memperdalam nilai-nilai agama Islam berlangsung dilakukan secara bersama-sama, istilah populernya kalau dalam shalat adalah berjamaah.
Ada banyak sekali kegiatan dalam pengajian yang sangat bermanfaat, bahkan untuk pembekalan diri sendiri memahami dan memperbanyak ilmu agama Islam.
Kegiatan-kegiatan yang menjadi ciri khas digelar dalam pengajian, antara lain berupa kajian ceramah atau tausiyah disampaikan oleh tokoh agama, ulama, penceramah, ustaz atau ustazah.
Tujuan utamanya tidak lain mempertebal iman dan takwa melalui pengamalan Ayat Suci Al Quran, penafsiran hadis riwayat, fiqih, akidah.
Kemudian, momentum menceritakan kisah-kisah seputar para Nabi dan sahabat juga sangat tepat di dalam gelaran ini. Hal tersebut berguna betapa pentingnya memperkaya pengetahuan agama.
Pengajian juga menjadi ajang mempererat silaturahmi dan berupaya hidup semakin berkualitas, setelah mengikuti acara berbasis keagamaan.
UAH menyebutkan ada dua jenis pengajian yang terdiri dari sifat khusus dan umum. Ada pun khusus pastinya mengambil tema-tema yang dikhususkan, biasanya bertujuan benar-benar memperdalam tajuk yang dipilih mereka.
Soal pengajian umum biasanya berbasis dengan acara keagamaan yang masuk dalam kategori besar dan tidak hanya mengkhususkan satu tema saja.
"Ini yang khusus dibagi dua lagi, ada yang terkait dengan gendernya. Misalnya khusus pengajian ibu-ibu saja, khusus bapak-bapak saja. Artinya kan dikhususkan dan jelas kalimatnya," ujar dia.
Lantas, apakah boleh pengajian khusus berubah menjadi umum? UAH kembali mengambil contoh dari acara tersebut dikhususkan untuk ibu-ibu.
"Bapak-bapak enggak usah maksa sekali pun pematerinya bagus kan, apalagi nyamar dan sebagainya. Ini pelanggaran," katanya.
Lebih lanjut, UAH mengaitkan pada kondisi tertentu yang benar-benar tidak terbuka untuk umum, dalam bagian kedua di pengajian khusus.
"Secara tema dan kondisinya ini khusus, misal di instansi tertentu untuk pembekalan tertentu. Saya sampaikan misalnya yang pebisnis, pengusaha membahas tentang dunia usaha saka, keluarkan ayat-ayat khusus membahas tentang bisnis, hadis-hadis pedoman tentang berbisnis," imbuhnya.
Ia menegaskan pengajian bersifat khusus yang dipaksakan menjadi umum, tidak akan berbuah baik dan sulit mendapatkan titik fokus dalam tujuan digelarnya acara tersebut.
"Ini dikhususkan situasinya beda, bahwasanya kondisinya tidak sama. Bukan ingin eksklusif, tetapi kondisinya memang terbatas," tegasnya.
Bagian gender dalam jenis pengajian khusus, UAH menjelaskan ada aturannya. Semisal memiliki susunan tema sedari awal dibentuk agar pembahasannya merata tanpa bentrok dengan tajuk yang sama.
"Kita ngaji beberapa hadis termasuk di Imam Al Bukhari, topik ketiga itu ada namanya Kitabul Ilmu, jadi di Al Bukhari itu ada 97 topik dan dijadikan sangat sistematis terkurikulum, diukunya gini dari harinya, orangnya, tempat sampai materinya," terangnya.
Menurut UAH, teruntuk ibu-ibu tidak perlu mengadakan pengajian yang umum, cukup membuat yang sifatnya khusus untuk bisa menyerap ilmu agama dari tema telah ditentukan di acara ini.
"Ibu-ibu bikin pengajian enggak usah tinggi-tinggi, bahas pengajian kok malah dibahas fiqih jihad. Udah ibu di rumah ngaji gimana caranya jadi perempuan yang baik, ayat-ayat hadis-hadis tentang jadi ibu, jadi istri, jadi anak," bebernya.
Direktur Quantum Akhyar Institute itu sedikit mengulas kondisi umat Islam pada zaman dahulu mengapa banyak orang yang pintar namun menguasai di berbagai bidang.
Ia mengatakan penguasaan beberapa bidang yang dimiliki seseorang, tidak lain disebabkan karena gelaran pengajian khusus. Mereka benar-benar serius ketika memperdalam ilmu agamanya.
"Rata-rata paling sedikit lima bidang. Silakan cek Imam Syafi'i itu berapa untuk disiplin ilmu yang dikuasai? Bukan hanya tafsir, hadis, fiqih, dalam sejarah juga khatam Bab ilmu kedokteran," tandasnya.
(hap)
Load more