Lebih Baik Rukyatul Hilal atau Hisab Tentukan Ramadhan? Menurut Ustaz Adi Hidayat kalau Metode Rukyat sejak Zaman Nabi tapi...
- Tangkapan layar YouTube Adi Hidayat Official
UAH menjelaskan Rukyatul Hilal telah menjadi tradisi pada zaman Nabi Muhammad SAW karena kala itu, masih berdasarkan sesuai kemampuan dimiliki masyarakat.
Nabi Muhammad SAW juga suka memakai metode rukyat, pada dasarnya masih belum ada yang bisa menghitung dengan cara astronomis untuk membuat analisis perhitungan awal Ramadhan.
"Bahwasanya kami ini masyarakat yang ummi, kata nabi, tidak ada pakar yang bisa ngitung dengan kompleks sehingga bisa memetakan waktu dengan mudah cepat berdasarkan hitungan," paparnya.
"Karena sifatnya demikian, maka yang digunakan pada masa itu adalah melihat (rukyat)," tambahnya menegaskan.
Redaksi menentukan awal Ramadhan ini berdasarkan hadits riwayat dari Imam Bukhari:
"Kita adalah umat yang ummi, tidak menulis dan tidak menghitung. Bulan itu demikian dan demikian, yakni suatu kali 29 hari dan suatu kali 30 hari." (HR. Bukhari)
Ada pun metode perhitungan hisab mengacu pada peredaran dari bulan juga berdasarkan edaran matahari yang kerap diterapkan oleh Muhammadiyah di Indonesia.
Direktur Quantum Akhyar Institute itu mengatakan dari metode Hisab ada kemudahan. Istilahnya hal ini menandakan seiring waktu, zaman mulai berkembang.
"Jika Anda memang merasakan mudah, silakan praktikkan karena kami, kata nabi, dulu pada umumnya nggak bisa ngitung," jelasnya.
"Oleh karena itu, bagi yang mudah untuk itu (hisab) silakan praktikkan. Baik menggunakan hisab atau pun rukyat, prinsipnya adalah merasakan kehadiran Ramadhan," sambungnya lagi.
Kendati demikian, UAH tidak ingin membeda-bedakan dan hanya memaparkan keuntungan masing-masing dari dua metode tersebut. Sejatinya sangat berguna dalam menentukan untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
"Jadi baik rukyat atau pun hisab pada dasarnya metodologi untuk menetapkan. Dipilih untuk memudahkan bukan untuk diperselisihkan," tandasnya.
(hap)
Load more