Kisah Gus Dur yang Pernah Ditawari Umur 90 Tahun Tapi Malah Minta Cukup 69 Saja, Ternyata Wafatnya Benar di Usia Itu
- Istimewa
Sementara dari pihak Ibu, Gus Dur merupakan cucu dari KH Bisri Syansuri, pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang, Jawa Timur.
Dari pernikahannya dengan Sinta Nuriyah, Gus Dur dikaruniai empat putri, yaitu Zannuba Ariffah Chafsoh Wahid alias Yenny Wahid, Alissa Qotrunnada Wahid, Anita Hayatunnufus Wahid, dan Inayah Wulandari Wahid.
Gus Dur sudah bisa membaca Al-Qur’an sejak usia 5 tahun dan pertama kali belajar mengaji dengan sang kakek, KH Hasyim Asy'ari.
Setelah lulus sekolah Dasar, Gus Dur dikirim orang tuanya untuk sekolah di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) di Gowongan.
Di saat yang sama Gus Dur juga ngaji di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta.
Selesai dari SMEP Gowongan, Gus Dur melanjutkan ke Pondok Pesantren (Ponpes) Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah selama dua tahun lalu lanjut ke Ponpes Tambakberas Jombang.
Gus Dur yang sudah naik haji sejak usia 22 tahun itu kemudian dikirim belajar ke Al-Azhar University, Kairo, Mesir, Fakultas Syari'ah (Kulliyah al-Syari'ah) pada tahun 1964.
Kemudian Gus Dur melanjutkan studinya ke Universitas Baghdad, Irak, Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab pada 1966 hingga 1970.
Tak henti di situ, Gus Dur lalu pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya, guna belajar di Universitas Leiden.
Gus Dur kemudian belajar di Jerman dan Prancis sebelum kembali ke Indonesia pada 1971.
Setelah kembali ke Jakarta, Gus Dur bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), organisasi yang terdiri dari kaum intelektual Muslim progresif dan sosial demokrat.
LP3ES kemudian mendirikan majalah Prisma dimana Gus Dur menjadi salah satu kontributor utamanya.
Saat itulah, Gus Dur sering berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa hingga menemukan kondisi pesantren yang dimana nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan dan kemiskinan.
Gus Dur kemudian meneruskan karirnya sebagai jurnalis dengan menulis untuk Tempo dan Kompas.
Selain aktif sebagai penulis dan pengisi materi, Gus Dur juga mendapatkan pekerjaan tambahan sebagai pendidik di beberapa tempat.
Load more