Kisah Nabi Muhammad SAW yang Mengalami Hinaan hingga Penganiayaan saat Dakwah
- dok.ilustrasi freepik
Bahkan Abu Thalib bahkan rela jika harus menyatakan permusuhan kepada siapapun yang berani menyakiti dan menentang Rasulullah SAW.
Abu Thalib meninggal karena sakit yang semakin hari semakin parah.
Kemudian, melansir dari Buku Sejarah Lengkap Penyebaran Islam karya Prof. Dr. Thomas W. Arnold bahwa sepeninggal Siti Khadijah RA dan Abu Thalib, meninggalnya sang paman.
Dijelaskan membuat Nabi Muhammad semakin didera penghinaan dan penganiayaan secara terbuka.
Setelah 10 Tahun Kenabian, Nabi Muhammad Pergi dari Mekkah ke Kota Ta’if.
Setelah 10 tahun menyampaikan ajaran-ajaran Islam, Nabi Muhammad berpikir kembali, barangkali ada kalangan lain yang lebih siap mendengar ajaran-ajarannya.
Nabi Muhammad SAW berharap, barangkali bibit-bibit akidah bisa lebih diterima dan berkembang subur di tempat tersebut.
Dengan harapan tersebut, Nabi Muhammad SAW pergi ke Ta’if, sebuah kota yang terletak sekitar 70 mil dari Makkah.
Sebelum bertemu dengan kepala suku dari Kota Ta’if, Nabi Muhammad SAW menjelaskan ajaran ketauhidan Tuhan dan misi yang beliau emban sebagai rasul yang mengajarkan keyakinan ini.
Pada saat bersamaan, Nabi Muhammad SAW memohon perlindungan dari para penindasnya di Makkah.
Namun ternyata, pilihan Nabi Muhammad SAW saat itu ternyata kurang tepat.
Penderitaan Nabi Muhammad SAW yang teramat dalam membuat beliau mengungkapkan kalimat yang pernah diabadikan oleh nabi Nuh AS.
Berikut isi Surah Nuh:
Ayat 5
قَالَ رَبِّ اِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلًا وَّنَهَارًاۙ
qāla rabbi innī da’autu qaumī lailaw wa nahārā
"Dia (Nuh) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam,"
Ayat 6
فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَاۤءِيْٓ اِلَّا فِرَارًا
fa lam yazid-hum du’ā`ī illā firārā
"tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran)."
Di mana, Nabi Muhammad SAW malah diejek oleh masyarakat Ta’if.
Load more