Hari Santri 2024, Menguak Sejarah Resolusi Jihad 22 Oktober yang Digaungkan oleh Pendiri NU KH Hasyim Asy’ari
- NU Online
d. Bahwa di dalam menghadapi sekalian kejadian-kejadian itu belum mendapat perintah dan tuntutan yang nyata dari Pemerintah Republik Indonesia yang sesuai dengan kejadian-kejadian tersebut.
Memutuskan:
1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan kemerdekaan Agama dan Negara Indonesia, terutama terhadap pihak Belanda dan kaki tangan.
2. Supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat "sabilillah" untuk tegaknya Negara Republik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.
Surabaya, 22 Oktober 1945
NAHDLATUL ULAMA
Sejarah Lahirnya NU
Bersama Syarikat Islam (SI) dan Muhammadiyah, NU adalah organisasi Islam tertua di Indonesia.
Secara berurutan, SI lahir pada 16 Oktober 1905 dan Muhammadiyah lahir pada 18 November 1912. Sementara NU lahir pada 31 Januari 1926.
Ketiga ormas-ormas ini lahir dengan latar belakang pergolakan dan pergerakan dan tanpa bercampur atau terkontaminasi ideologi Islam Timur Tengah.
Meski sama-sama lahir dari rahim Islam, namun NU memiliki sedikit perbedaan sekaligus keunikan dibanding SI dan Muhammadiyah.
Kelahiran SI dilatarbelakangi oleh dan sebagai reaksi para pedagang Muslim atas monopoli pedagang China.
Sementara Muhammadiyah lahir sebagai dorongan perlunya purifikasi dan semangat membangun perbaikan sosial ekonomi umat.
Namun NU lahir sebagai bentuk dan wadah gerakan pemikiran Islam khas pesantren, khas Indonesia.
NU lah satu-satunya ormas yang lahir demi dan atas nama kebangkitan pemikiran.
Penamaan NU sangat mencerminkan arah perjuangan yang tidak lepas dari dualisme gerakan kebangkitan-pemikiran.
Adalah Kyai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari yang menjadi tokoh pendiri dari NU.
KH. Hasyim Asy’ari lahir pada 4 Rabiulawwal 1292 Hijriah atau 10 April 1875, di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
KH. Hasyim Asy’ari merupakan putra dari pasangan Kyai Asy’ari dan Nyai Halimah.
Kyai Hasyim Asy’ari merupakan anak ketiga dari 11 orang bersaudara.
Sekitar tahun 1310 Hijriyah atau 1892 Masehi, Kyai Hasyim menetap di Makkah selama 7 tahun dan berguru kepada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabawi, Syaikh Mahfudh At-Tarmisi, Kyai Shaleh Darat Al-Samarani.
Load more