tvOnenews.com - Tafsir Surah Al-Baqarah ayat 18 masih mengisahkan tentang golongan orang munafik yang sudah dijelaskan dari ayat 8.
Salah satu ahli tafsir, Burhanuddin al-Biqa'i dalam buku Muhammad, Mushthafa Muslim (2010). At-Tafsir al-Maudhu’i Lisuwar al-Qur`an al-Karim. Jilid 1. Sharjah: University of Sharjah, bahwa pokok Surah Al-Baqarah menjelaskan Al-Quran sebagai sumber hukum yang tegas memberikan petunjuk dan keimanan kepada hari akhir.
"Sumber hukum yang tegas bahwa Al-Kitab (Al-Quran) adalah petunjuk agar diikuti semua perkataan di dalamnya, petunjuk teragung mengenai iman kepada hal gaib, dan kumpulan (petunjuk tentang) iman kepada hari akhir. Isinya seputar iman kepada kebangkitan yang diterangkan melalui kisah sapi betina, yang juga masih seputar iman kepada hal gaib."
Namun, dalam tafsir Surah Al-Baqarah ayat 8 berbagai petunjuk tidam bisa mempengaruhi orang yang masuk golongan munafik.
Orang-orang seperti itu telah mendalami arti kerusakan dan selalu berpegang teguh dengan ajaran pemimpin sebelumnya yang sempat memberikan kebohongan bahwa mereka telah beriman.
Maka, tvOnenews.com akan memaparkan tafsir Surah Al-Baqarah ayat 18 sebagaimana orang yang sudah memiliki sifat kemunafikan layaknya "orang tuli".
Dikutip tvOnenews.com melalui kanal resmi Quran Kementerian Agama (Kemenag) RI, tafsir Surah Al-Baqarah ayat 18 mengenai orang munafik telah menjadi orang tuli karena tidak menggunakan pendengarannya untuk menerima petunjuk dan kebenaran Al-Quran.
صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَۙ
Summum bukmun ‘umyun fahum laa yarji‘uun.
Artinya: "(Mereka) tuli, bisu, lagi buta, sehingga mereka tidak dapat kembali." (QS. Al-Baqarah, 2:18)
Dalam makna kandungan di atas menerangkan bahwa orang munafik diibaratkan seperti orang tuli.
Mereka benar-benar menghilangkan fungsi pendengarannya karena tidak pernah atau selalu mengabaikan kebenaran dan petunjuk termaktub dalam Al-Quran yang disampaikan oleh orang mukmin.
Golongan orang munafik ini juga telah membisukan dirinya karena tidak pernah mempunyai niat tulus mempercayai kebenaran.
Hal itu berdasarkan hati mereka sudah diselimuti dengan kepercayaan pada pemimpin terdahulunya membelot dari kebenaran disampaikan oleh Allah SWT.
Tak hanya itu, mereka tidak pernah menginginkan untuk melihat adanya kebenaran. Maka penglihatan mereka benar-benar tertutup baik dari mata kepala dan juga mata hati/basirah.
Orang-orang ini tidak pernah mendapatkan manfaat dari pembelajaran sebelumnya yang telah diperingatkan oleh Allah SWT.
Misalnya pada ayat 17 bahwa Allah SWT telah memberikan petunjuk melalui kegelapan. Namun, hati dan penglihatan mereka masih tertutup rapat.
Mereka sudah menutup rapat dan tidak akan pernah bisa kembali menuju jalan yang benar dan nyaman di tempat yang diselimuti kesesatan selamanya.
Wallahu A'lam Bishawab.
(hap)
Load more