"Jumlah haji waktu itu tidak banyak, maka jumlah kecelakaan sedikit. Saat itu lansia difabel, risti tidak ada. Sehingga tahun 2022 kejadian yang berakibat kematian untuk Indonesia sangat rendah," jelasnya.
Kemudian, ia menjelaskan tentang pelaksanaan haji pada 2023 yang kebetulan dirinya pernah menjadi petugas monitoring dan evaluasi bahwa ada sedikit perubahan pada penyelenggara ibadah haji tahun tersebut setelah angka COVID-19 semakin sedikit.
Menurutnya, golongan jemaah haji inklusi menjadi terobosan baru dari perubahan pelaksanaan digelar oleh Kemenag.
Ia menambahkan petugas haji menambah keistimewaan layanan untuk para jemaah lansia, difabel dan rist. Tak hanya itu, safari wukuf untuk meminimalisir angka kematian juga menjadi terobosan baru pada haji 2023.
"Tahun 2023 Kemenag punya terobosan yang mana Gus Men menyebut sebagai haji inklusi. Orang lansia, difabel semua mendapatkan keistimewaan. Yang sibuk petugasnya," terangnya.
"Jadi kami keliling dari satu hotel/sektor satu ke yang lain baik di Makkah dan Madinah. Walaupun petugas sudah maksimal, tapi risiko kematian tetap tinggi. Maka meningkat drastis tahun 2023 di banding tahun 2022. Sekitar 700 orang," lanjutnya.
Ia melanjutkan bahwasanya pelaksanaan haji 2024 ada perubahan secara signifikan bisa diliat berkat terobosan skema Murur dan sejumlah inovasi baru menyebabkan jumlah angka kematian jemaah yang berkurang.
Ia menuturkan berbagai terobosan baru tersebut membuktikan angka kematian menurun sangat signifikan pada pelaksanaan ibadah haji 2024.
"Tahun 2024 ini berbeda. Saya tidak menjadi petugas tapi saya mengikuti. Ada terobosan lagi, yaitu Murur yang efektif menurunkan angka kematian. Selain itu, secara manajemen sudah dirapikan lagi. Jadi secara objektif pelaksanaan haji 2022, 2023 hingga 2024 sukses di mana menjadi tahun terjadi inovasi," tandasnya.
(ant/hap)
Load more