Diskriminasi Prancis Larang Atlet Islam Pakai Jilbab di Olimpiade Paris 2024, Begini Asal-usulnya, Ternyata...
- ANTARA/Xinhua/Julien Mattia/aa
Juru bicara Amnesty International itu menyatakan pembatalan pernyataan larangan atlet tuan rumah pakai jilbab agar tidak terjadi adanya diskriminasi gender pada Olimpiade Prancis 2024.
"Justru ini menjadi yang pertama dan memperlihatkan diskriminasi gender rasis yang mendasari akses untuk berolahraga di Prancis," terang Blus.
Menurut Blus, larangan ini juga bentuk adanya pembatasan kebebasan terhadap yang dilakukan oleh para atlet perempuan.
Ia berpendapat pilihan mereka ketika bertanding menunjukkan tetap menjaga kebebasan pada olimpiade bergengsi di Paris.
"Selain itu, tidak ada perempuan yang boleh dipaksa untuk memilih antara olahraga yang dia sukai atau keyakinan, identitas budaya, atau kepercayaannya," tandasnya.
Meski demikian, banyak yang menyoroti perihal larangan ini mengacu kepada semboyan Revolusi Prancis.
Semboyan tersebut berbunyi "Liberte, Egalite, Fraternite" mempunyai arti kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan.
Semboyan ini tidak berlaku saat muncul pertama kali ketika terjadinya Revolusi Perancis.
Tak hanya itu, semboyan ini tidak pernah mendapat pengakuan secara resmi sampai abad ke-19.
Kemudian, semboyan tersebut melalui penyusunan Konstitusi 1848 dijadikan sebagai moto nasional ketika adanya Republik Ketiga.
Setelah itu semboyan "Liberte, Egalite, Fraternite" menjadi warisan nasional Prancis ketika sejak muncul di Konstitusi 1946 dan 1958.
(hap)
Load more