Jakarta, tvOnenews.com - Lailatul Qadar disebut dengan malam seribu bulan.
Hal itu sebagaimana tercantum dalam surat Al Qadar ayat 3.
Berikut lafadz, arti dan tafsirnya.
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ
Lailatul-qadri khairum min alfi syahr(in).
Artinya:
Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan tanpa malam qadar di dalamnya.
Ibadah pada malam itu mempunyai nilai yang sangat tinggi di mata Allah, lebih tinggi daripada ibadah selama seribu bulan.
Pada ayat ini, Allah menerangkan keutamaan Lailatul-Qadar yang sebenarnya.
Malam itu adalah suatu malam yang memancarkan cahaya hidayah sebagai permulaan tasyrī‘ yang diturunkan untuk kebahagiaan manusia.
Malam itu juga sebagai peletakan batu pertama syariat Islam, sebagai agama penghabisan bagi umat manusia, yang sesuai dengan kemaslahatan mereka sepanjang zaman.
Malam tersebut lebih utama dari seribu bulan yang mereka lalui dengan bergelimang dosa kemusyrikan dan kesesatan yang tidak berkesudahan.
Ibadah pada malam itu mempunyai nilai tambah berupa kemuliaan dan ganjaran yang lebih baik dari ibadah seribu bulan.
Sebutan kata “seribu” dalam ayat ini tidak bermaksud untuk menentukan bilangannya.
Akan tetapi, maksudnya untuk menyatakan banyaknya yang tidak terhingga sebagaimana yang dikehendaki dengan firman Allah:
يَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ
Masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun. (al-Baqarah/2: 96).
Apakah ada malam yang lebih mulia daripada malam yang padanya mulai diturunkan cahaya hidayah untuk manusia setelah berabad-abad lamanya mereka berada dalam kesesatan dan kekufuran?
Apakah ada kemuliaan yang lebih agung daripada malam dimana cahaya purnama ilmu makrifah ketuhanan menerangi jiwa Muhammad saw yang diutus sebagai rahmat untuk seluruh manusia, menyampaikan berita gembira dan ancaman serta memanggil mereka ke jalan yang lurus, menjadikan mereka umat yang melepaskan manusia dari belenggu perbudakan dan penindasan penguasa yang zalim di timur dan barat, dan mempersatukan mereka sesudah berpecah-belah dan bermusuh-musuhan?
Maka seyogyanya umat Islam menjadikan malam tersebut sebagai hari raya karena malam itu merupakan waktu turunnya undang-undang dasar samawi yang mengarahkan manusia ke arah yang bermanfaat bagi mereka.
Penurunan ini juga memperbaharui janji mereka dengan Tuhan yang berhubungan dengan jiwa dan harta sebagai tanda syukur atas nikmat pemberian-Nya serta mengharapkan pahala balasan-Nya.
Itulah tafsir surat Al Qadr ayat 3 yang dilansir tvOnenews.com dari Qur’an Kementerian Agama (Kemenag).
Wallahu’alam
(put)
Load more