Komunitas Bissu, Tradisi Adat Era Pra-Islam yang Terus Bertahan dalam Dunia Bugis,: dari Perubahan Ritual hingga Naik Haji
- ANTARA
Lebih lanjut dia mengungkapkan ketika Islam datang di Sulawesi Selatan, proses pengislaman terjadi pada komunitas-komunitas lokal dan prosesnya dilakukan lewat adaptasi melalui dialog dengan budaya setempat.
Selain melalui cara-cara yang humanis, proses Islamisasi juga dilakukan dengan kekerasan, seperti era DI/TII yang masuk ke Suku Bugis.
Kala itu semua bissu dipotong rambutnya atau dipaksa menjadi laki-laki karena diasumsikan bissu atau calabai bukan laki-laki sempurna. Proses ini mendorong para bissu dan calabai untuk melakukan proses adaptasi dengan perubahan yang mau tidak mau harus diterima karena itu gelombang perubahan budaya yang sangat besar yang masuk ke komunitas mereka.
"Tentu saja sulit kalau mereka mau melakukan perlawanan frontal terhadap gerakan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok puritan Islam. Mereka mulai beradaptasi," papar Syamsurijal.
Dalam risetnya, Syamsurijal menuturkan bahwa masyarakat Bugis tetap membutuhkan komunitas adat meski agama sudah masuk. Masyarakat Bugis selain penganut keyakinan terhadap Islam kuat, tetapi mereka juga kokoh memegang adat istiadat mereka.
"Jadi, dua hal ini seimbang di dalam masyarakat Bugis. Tradisi berhaji menjadi cara bissu untuk beradaptasi dengan Islam atau untuk menunjukkan kepada mayoritas penduduk Bugis yang juga islam bahwa mereka juga muslim yang baik," kata Syamsurijal.
Bagi bissu dan calabai, ibadah haji memungkinkan komunitas mereka mendapat pengakuan sebagai bagian sah dari masyarakat Muslim Segeri di Sulawesi Selatan.
Setelah menyelesaikan ibadah haji, mereka dapat diundang untuk mengambil peran keagamaan utama dalam upacara Segeri seperti mappeca sure' (peringatan asyura), dan assalama (ritual berkah dan keselamatan).(ant/bwo)
Load more