Jakarta, tvOnenews.com - SGIE sempat marak diperbincangkan oleh sejumlah warga Indonesia.
Hal ini terjadi usai Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka melontarkan pertanyaan kepada Muhaimin Iskandar terkait bagaimana meningkatkan peringkat Indonesia dalam SGIE.
Lantas apa sebenarnya SGIE dan dimana posisi Indonesia pada peringkat dunia? Simak penjelasan berikut.
SGIE adalah singkatan dari State of the Global Islamic Economy.
Imron menjelaskan bahwasannya Dinar Standard kerap melakukan penilaian terhadap perkembangan ekonomi syariah di dunia. Sebanyak 80 negara tercatat telah masuk dalam penilaian SGIE Report.
Dalam keterangannya, lebih lanjut Imron menyebutkan terdapat parameter yang terdiri dari enam indikator dalam SGIE Report. Indikator tersebut yaitu, Keuangan Islam; Makanan Halal; Wisata Ramah Muslim; Fashion Muslim; Media dan Rekreasi Muslim; serta Obat-Obatan dan Kosmetik Halal
“Jadi ada enam indikator yang digunakan untuk memotret indeks ekonomi Syariah di berbagai negara. Terdapat sekitar 80 negara gitu yang dinilai oleh Global Standard atau yang disebut Global Islamic Economy Index (GIEI),” ujar Imron.
Menurut publikasi DinarStandard, perusahaan ini telah memberdayakan lebih dari 30 entitas pemerintah, lembaga investasi, pemimpin industri, dan lembaga multilateral di lebih dari 12 negara sejak tahun 2008.
Dimana Posisi Indonesia dalam Peringkat Dunia Menurut SGIE Report?
Sempat Ramai Dibahas Usai Gibran Singgung SGIE di Debat Cawapres, Apa Sebenarnya SGIE dan Bagaimana Posisi Halal Indonesia di Dunia? (Sumber: The Global Islamic Economy Indicator)
Dalam laporan resmi berjudul SGIE Report 2023 yang dirilis oleh Dinar Standard di Dubai, Uni Emirat Arab pada Selasa (26/12/2023), Indonesia berhasil menempati posisi tiga besar pada Global Islamic Economy Index (GIEI).
Menurut rilis pada 2022 lalu, Indonesia menempati posisi keempat pada SGIE Report. Tentunya sebuah pencapaian besar pada tahun ini Indonesia berhasil meraih peringkat tiga dengan raihan skor indeks 68.5 setelah Arab Saudi dan Malaysia.
Meski demikian skor indeks pada laporan tersebut masih dinilai tertinggal jauh dengan Malaysia yang mencapai skor indeks 220 di posisi pertama.
Imron menyebutkan, ketimpangan jumlah skor tersebut dinilai karena Indonesia lebih fokus dalam pemasaran daripada produksi dalam indeks makanan halal.
“Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dinar Standard tidak hanya terbatas pada pemasaran saja, namun juga bagaimana support suatu negara terhadap halal economy,” pungkas Imron.
Dihimpun dari laporan SGIE 2023, Indonesia memiliki peringkat yang bervariasi dalam SGIE Report dari ke-enam indikator penilaian.
Pada Keuangan Islam, Indonesia berhasil meraih peringkat 3, Makanan Halal di peringkat 4, kemudian Media dan Rekreasi Muslim pada peringkat 5, serta peringkat 6 pada indeks Obat-Obatan dan Kosmetik Halal. (jeni/put)
Load more