tvOnenews.com - Presiden Joko Widodo bersuara soal pemihakan dan kampanye seorang pejabat negara. Jokowi membolehkan sikap tidak netral dan berpihak pejabat negara asalkan tidak gunakan fasilitas negara. Presiden juga melakukan merespons gerakan salam dua jari yang terlihat dari mobil iring-iringan presiden saat melintas di Kota Salatiga, Jawa Tengah, pada Senin (22/1).
"Ya, kan menyenangkan, menyenangkan," kata Jokowi usai menyaksikan penyerahan simbolis Pesawat C-130J-30 Super Hercules di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu.
Pose salam dua jari tersebut menjadi sorotan karena terlihat dari mobil yang dinaiki Jokowi dan Iriana dengan plat merah bertuliskan "Indonesia 1".
Dalam video yang beredar di platform media sosial X, masyarakat Kota Salatiga yang diduga sebagian besar merupakan simpatisan PDI Perjuangan terlihat mengacungkan tiga jari sambil bersorak "Ganjar-Mahfud".
Hal itu dilakukan warga tersebut untuk memberi dukungan terhadap pasangan calon nomor urut 3 itu. Mendapat reaksi tersebut, salam pose dua jari terlihat dari mobil iring-iringan Jokowi yang melintasi jalan itu.
Pose dua jari itu seolah-olah memberi dukungan terhadap pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, di mana Gibran adalah putra sulung Jokowi dan Iriana. Ketika ditanya lebih lanjut soal respons yang dianggap menyenangkan tersebut, Jokowi hanya menjawab normatif.
"Enggak tau, ya; menyenangkan. Kalau ketemu masyarakat kan menyenangkan," kata Jokowi.
Bagaimana hukum pejabat publik penyelenggara pemilu yang seharusnya netral dalam Silam? Apakah Islam menjelaskan seorang pemimpin yang berpihak? Adakah aturan yang membolehkan wasit jadi pemain dalam Islam?
Keadilan merupakan salah satu esensi dari ajaran Islam. Ada lebih dari 53 kata adil atau mengandung kata adil dalam Alquran. Sebagian ahli fikih memaknai keadilan, yaitu 'menempatkan sesuatu pada tempatnya' yang artinya memberikan orang sesuai dengan porsi dan bagiannya yang sebenarnya.Dalam banyak ayat,
Alquran menerangkan bahwa salah satu bentuk keadilan ialah keadilan terhadap Tuhan sebagai pencipta, yaitu dengan mengikuti jalan kebenaran dari Allah SWT melalui wahyu-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya.
Allah SWT mengutus para nabi dan rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Bersama mereka diturunkan kitab dan neraca (mizan) supaya manusia dapat menegakkan keadilan (QS 57:25). Allah-lah yang menurunkan Alquran dengan membawa kebenaran dan menurunkan keadilan (QS 42:17).
Bagi manusia, Alquran merupakan petunjuk dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil (QS 2:185). Jalan kebenaran dalam Alquran itu sama dengan jalan keadilan, yaitu adil terhadap Tuhan Pencipta yang menciptakan manusia dengan sempurna (QS 7:29).Menegakkan keadilan dalam hubungan antara sesama manusia harus dilakukan dengan hati yang bening dan bersih. Janganlah karena kebencian atau ketidaksukaan terhadap suatu kaum atau kelompok, kita berlaku tidak adil. Allah mengingatkan dalam Alquran;
'Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil (qist). Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil (adl). Berlaku adillah karena adil (adl) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan' (QS Al Maidah:8).Saksi yang adil
Untuk keadilan dalam urusan pemerintahan, Allah memerintahkan kepada para pejabat atau pemimpin untuk melaksanakan amanat dan tanggung jawab mereka dan memutuskan suatu perkara hukum dengan adil.
Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat." (QS An Nisa:58).
Menyampaikan 'amanat' yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah melaksanakan jabatan yang dipercayakan kepada para pemimpin sebaik-baiknya. Allah memerintahkan untuk melaksanakan jabatan itu bagi kepentingan rakyat, dan kepentingan publik. Memperlakukan secara sama terhadap semua penduduk yang dipimpinnya.(bwo)
Load more