Gesture dan Mimik Gibran Saat Debat Disorot Warganet Songong, Bagaimana Adab Debat Sehingga KIta tidak Jadi Pribadi Tercela?
- Istimewa
Nah, tindakan menyanggah, membantan, meluruksan tetap harus penuh adab dan etika. Sebab, tindakan berdebat, menyanggah, membantah, mengkritik, meluruskan, menjelaskan duduk perkara, atau menyatakan yang hak, dan memisahkannya dari yang batil menjadi tercela menurut agama kalau dilakukan dengan merendahkan orang lain dan mengangkat diri kita.
Ini membuat tindakan tersebut menjadi tercela sebagaimana keterangan berikut ini: كالمراء) هو لغة الاستخراج يقال ما روى فلان فلانا إذا استخرج ما عنده وعرفا منازعة الغير فيما يدعي صوابه ومحل كونه مذموما إذا كان لتحقير غيرك وإظهار مزيتك عليه Artinya, “[Jauhi tindakan tercela] (seperti berdebat), secara bahasa artinya mengeluarkan sebagaimana kalimat, ‘Fulan mengeluarkan fulan,’ yaitu ketika si fulan meminta mengeluarkan sesuatu yang ada pada fulan.
Secara adat, debat itu berselisih [debat atau sanggah] orang lain perihal sesuatu yang didakwakan kebenarannya. Tindakan ini menjadi tercela karena terletak pada sikap meremehkan orang lain dan menyatakan keistimewaan kita atas orang lain itu” (Lihat Syekh M Ibrahim Al-Baijuri, Syarah Tuhfatul Murid ala Jauharatut Tauhid, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun] halaman 124).
Dalam berdebat kita harus mengutamakan bersikap ihsan. Ihsan adalah konsep dalam agama Islam yang mengacu pada kualitas atau tindakan yang baik, terpuji, dan sempurna.
Secara harfiah, ihsan berasal dari kata Arab yang berarti “kebaikan”, “keindahan”, atau “kemurahan hati”. Konsep ihsan mencakup tindakan dan perilaku yang dilakukan dengan kesadaran penuh, ketulusan, dan upaya maksimal untuk mencapai kualitas terbaik. (bwo)
Load more