Tafsir Surah Al Fatihah Ayat 6: Bimbinglah Kami ke Jalan yang Lurus
- freepik
Sehubungan dengan itu ahli-ahli pendidikan berkata:
اَلْحَوَاسُّ أَبْوَابُ الْمَعْرِفَةِ
(Panca indera adalah pintu-pintu pengetahuan).
Maksudnya ialah: dengan perantaraan pancaindra itulah manusia dapat berhubungan dengan alam sekitar, dengan arti bahwa sampainya sesuatu dari alam sekitar ini ke dalam otak manusia adalah melalui pintu-pintu panca indera.
Tetapi naluri ditambah dengan pancaindra, juga belum cukup untuk jadi pokok-pokok kebahagiaan manusia.
Banyak lagi benda-benda dalam alam ini yang tidak dapat dilihat oleh mata. Banyak macam suara yang tidak dapat didengar oleh telinga. Malah selain dari alam maḥsūsat (yang dapat ditangkap oleh panca indera), ada lagi alam ma‘qūlat (yang hanya dapat ditangkap oleh akal).
Indera penglihatan (mata) hanya dapat menangkap alam maḥsūsat, tangkapannya tentang yang mahḥsūsat itu pun tidak selamanya betul, kadang-kadang salah.
Inilah yang dinamakan dalam ilmu jiwa “ilusi optik” (tipuan pandangan), dalam bahasa Arab disebut khidā‘ an-naẓar. Sebab itu manusia masih membutuhkan hidayah yang lain.
Maka Allah menganugerahkan hidayah yang ketiga, yaitu “hidayah akal”.
3. Hidayah Akal (pikiran)
a. Akal dan kadar kesanggupannya
Dengan adanya akal manusia dapat menyalurkan naluri ke arah yang baik, agar naluri itu menjadi sumber bagi kebaikan, dan manusia dapat membetulkan kesalahan-kesalahan panca inderanya, membedakan yang buruk dengan yang baik.
Akal bahkan sanggup menyusun mukadimah untuk menyampaikannya kepada natijah, mempertalikan akibat dengan sebab, memakai yang maḥsūsat sebagai tangga kepada yang ma‘qūlat, mempergunakan yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan untuk sampai kepada yang abstrak, maknawi, dan gaib, mengambil dalil dari adanya makhluk untuk menetapkan adanya khalik, dan begitulah seterusnya.
Tetapi akal manusia juga belum memadai untuk membawanya kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat di samping berbagai macam naluri dan panca indera itu.
Apalagi pendapat akal itu bermacam-macam, yang baik menurut pikiran si A belum tentu baik menurut pandangan si B, malah banyak manusia yang mempergunakan akalnya, tetapi akalnya dikalahkan oleh hawa nafsu dan sentimennya, hingga yang buruk itu menjadi baik dalam pandangannya, dan yang baik itu menjadi buruk.
Load more