Jakarta, tvOnenews.com - Sebelum meninggalkan Tanah Suci, jemaah haji akan mengucapkan ritual perpisahan yang disebut Tawaf Wada'.
Kata wada’ berarti perpisahan. Jadi, tawaf wada’ adalah tawaf perpisahan dengan Ka’bah alMusyarrafah, Masjidil Haram, dan sekaligus dengan Tanah Haram Makkah.
Ada yang berusaha menahan tangis, namun tak sedikit jamaah haji yang tetap berlinangan air mata karena kesedihan atas perpisahannya dengan Tanah Suci.
Derai air mata itu menyertai bait-demi bait doa yang dipanjatkan sepanjang tawaf wada.
Air mata itu tidak menetes dengan sendirinya. Dia tumpah karena ada perasaan yang membuncah di dalam jiwa, hingga tak kuasa menahannya.
Perasaan itu merupakan ungkapan kesedihan karena melakukan tawaf perpisahan yang menandai penutupan seluruh aktivitas ibadah haji selama di Kota Suci, sebelum jamaah kembali ke Tanah Air.
Rasulullah SAW bersabda "Manusia diperintahkan untuk melaksanakan tawaf wada di Baitullah sebagai akhir dari rangkaian ibadah haji. Dan bagi perempuan yang sedang haid, diberikan keringanan untuk tidak melakukannya”.
Ilustrasi Jemaah Haji saat Tawaf (ant)
Kesedihan semakin memuncak saat jamaah haji berdoa di area yang bergaris lurus dengan maqam Ibrahim.
Sembari menatap Multazam, tangispun semakin membuncah sambil terus memanjatkan doa kepada Sang Pencipta.
Sedih karena harus berpisah dengan Baitullah dirasakan oleh para jemaah haji, salah satunya Moh Abdul Dakiri, peserta haji asal Mesir (45).
Ia sedih karena harus melepas nikmatnya suasana mendekatkan diri dengan Allah SWT.
Ia sedih karena khawatir dirinya tidak dapat terjaga di malam hari untuk bermesraan dengan Allah.
Linangan air mata saat tawaf wada merupakan tangisan yang menempatkan ketakutan berpisah dengan Allah Swt.
Dakiri takut saat sekembalinya ke tanah air, dirinya menjadi lalai beribadah kepada Allah Swt.
Ia pun berdoa agar dapat diberikan keistikhamahan dalam beribadah.
Sementara itu, Ibrahim Diha, peserta haji asal Mauritania, juga merasa terharu saat melakukan tawaf wada.
Ada perasaan haru bahwa malam ini menjadi malam terakhir ia dapat merasakan nikmatnya berkumpul bersama sesama Muslim saat mengelilingi Ka'bah sambil merapal doa-doa untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menangis, bukan berarti bahwa dia kembali menjadi anak-anak yang sering mudah mengeluarkan air mata.
Namun, air mata yang tumpah itu menunjukkan sebuah kedalaman penghayatan saat mengelilingi Baitullah (rumah Allah).
Ada kenikmatan yang bisa dirasakan oleh jiwa ini saat kita berkumpul bersama saudara Muslim melakukan proses ibadah haji.
Bagi Dia, Haji adalah perjalanan spiritual yang membawa seorang Muslim mendekatkan diri kepada Allah.
Melalui setiap tahap ibadah yang dilakukan, seperti tawaf, sai, dan wukuf di Arafah, jamaah haji memusatkan pikiran dan hati mereka hanya pada Allah.
Suasana saat Jemaah Haji di Masjidil Haram (tim tvOnenews/Buz)
Dosen tetap Bidang Agama Islam Universitas Yarsi Andri Gunawan mengatakan secara bahasa, arti Tawaf berarti berkeliling.
Secara syar’iyyah, tawaf adalah ibadah mengelilingi Ka‘bah yang terletak di Masjidil Haram sebanyak tujuh kali putaran, dengan niat thawaf, bentuk ibadah karena Allah Swt, sebagaimana tertuang dalam ayat Al-Qur’an, “Hendaknya mereka melakukan tawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah),” (Surat Al-Hajj ayat 29).
Ka’bah al musyarafah merupakan simbol tempat berkumpul. Orang berkumpul di Ka’bah dalam rangka melakukan tawaf, sebuah bangunan berbentuk kubus, bukan hanya berkumpul secara fisik.
Akan tetapi, secara zahir dan batin, roh dan jiwa juga bersatu menghadap dan menuju kepada Allah Swt. Dengan ber-thawaf, setiap orang hendaknya berkonsentrasi untuk berkomunikasi dengan Allah Swt, bukan dengan urusan duniawi.
Ibadah Tawaf, merupakan bagian dari rangkaian ibadah umroh haji dan umrah, ujar dia.
Dengan berbagai macamnya, tawaf dalam hal ini, setelah melakukan ibadah haji, tentunya para jamaah haji melakukan tawaf wada’.
Tawaf Wada’ yang satu ini lebih familiar dikenal sebagai tawaf perpisahan. Dimana pelaksanaannya dilakukan ketika jamaah haji hendak meninggalkan Kota Makkah al Mukarramah. Dan sebagian besar ulama menyatakan hukum melakukannya adalah wajib.
Tawaf di Ka'bah al Musyarafah merupakan lambang dari wujud dan Keesaan Allah Swt, ujar kandidat Doktor di kampus PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur'an) Jakarta ini.
Bertawaf di ekelilingnya melambangkan aktivitas manusia yang tidak pernah terlepas dari-Nya. Ka'bah bagaikan Matahari yang menjadi pusat tata surya dan dikelilingi oleh planet-planetnya.
Menurut Ali Syariati, melalui Tawaf, Allah Azza wajalla mendemonstrasikan kepada kita cara kerja alam semesta. Bagaimana Bumi dan planet-planet di jagat raya ini berotasi dan mengelilingi orbitnya. Itu adalah sunnah-Nya. Semuanya harus mengikuti agar selamat sampai kepada-Nya.
Tawaf memberikan penjelasan, pada hakikatnya setiap makhluk membutuhkan dan bergantung pada Pencipta.
Tidak ada kekuatan pada makhluk kecuali dengan izin Allah SWT.
Maka sudah sepatutnya saat melakukan suatu kesalahan dan khilaf, tentunya seorang hamba harus melakukan apa yang diridhai Allah Swt untuk mendapatkan ampunan.
Orang yang bertawaf tentunya akan mendapatkan pahala dan keutamaan di hadapan-Nya.
Thawaf merupakan hiasan Ka'bah, Allah Swt bangga dengan orang-orang yang thawaf.
Tawaf adalah ikatan janji dengan Allah Rabbul ‘alamiin, Thawaf penyebab dihapusnya azab. Thawaf penyebab diampuninya dosa-dosa. Thawaf penyebab diangkatnya derajat.
Tawaf memiliki pahala memerdekakan seorang budak hingga 70.000 budak. Melalui Tawaf dapat memenuhi hajat-hajat seorang hamba.
Tawaf wada menjadi ritual terakhir yang dilakukan jamaah haji sebelum pulang ke negaranya masing-masing.
Tawaf wada yang dilakukan jamaah haji tanpa menggunakan kain ihram itu merupakan bentuk penghormatan terhadap Baitullah dan rasa syukur kepada Allah karena dapat memenuhi panggilan melaksanakan ibadah haji.
Ada pepatah yang mengatakan "Setiap ada pertemuan pasti ada juga perpisahan, tetapi dengan perpisahan tersebut bukan menjadi alasan untuk kita saling melupakan”
Meskipun jamaah haji melakukan tawaf perpisahan kepada Ka’bah, namun Baitullah tidak akan terlupakan dalam sanubari hati mereka.
Tampak Atas Suasana Masjidil Haram saat Musim Haji 2023 (tim tvOnenews/Ito)
Berikut beberapa ungkapan dan harapan yang terkandung dari Tawaf Wada yang dilansir dari buku Manasik Haji Kementerian Agama (Kemenag).
Hal pertama yang diungkapkan melalui Tawaf Wada’ adalah rasa bersyukur kepada Allah SWT atas rahmatNya.
Hal ini karena atas kehendak-Nyalah seluruh rangkaian ibadah haji atau umrah dapat diselesaikan dengan baik dan maksimal.
Berbagai nikmat dan rahmat telah diperoleh oleh jemaah haji selama menjalankan ibadah haji dan umrah.
Tawaf Wada’ juga dapat sebagai pengungkapan atas harapan agar semua amal ibadah yang dikerjakan baik berupa pengorbanan tenaga, waktu, uang, serta materi lainnya yang dikeluarkan selama berhaji dapat diterima oleh Allah SWT.
Dengan Tawaf Wada’, jemaah berharap ibadah haji dan umrah yang mereka kerjakan benar-benar mabrur dan memperoleh balasan yang dijanjikan Allah, surga penuh kenikmatan.
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa setelah melaksanakan haji dengan tidak mengeluarkan kata-kata kotor maka akan ia seperti lahir kembali.
“Aku mendengar Abu Hurairah RA berkata: Aku Mendengar Nabi SAW bersabda: Barang siapa yang melaksanakan haji karena Allah dengan tidak melakukan rafas (kata-kata kotor) dan tidak berbuat fusuq (durhaka), maka dia kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya (tanpa dosa)” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ungkapan lain dari Tawaf Wada’ adalah sebuah perjalanan panjang dari seorang Muslim dalam melaksanakan ibadah haji.
Sebagaimana kita tahu, pelaksanaan haji membutuhkan materi dan tenaga serta berisiko tinggi.
Haji penuh dengan tantangan yang berat. Perjalanan yang demikian panjang, bahkan semua perjalanan hidup, perlu mendapat lindungan Allah SWT.
Haji merupakan kewajiban sekali seumur hidup, namun tidak salah bila seseorang ingin mengerjakannya lebih dari satu kali.
Hal ini karena, pertemuan atau berada di Ka’bah memiliki makna tersendiri bagi setiap Muslim.
Baitullah bukanlah sekadar “rumah” yang didatangi dan dilihat sepintas dan kemudian ditinggalkan. Tapi merupakan sumber kerinduan bagi setiap jemaah haji.
Wallahua'lam
Load more