Memaknai Perintah Penyembelihan Hewan Kurban dari Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
- pexels
Jakarta, tvOnenews - Hari Raya Idul Adha berawal dari perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya yakni Nabi Ismail.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Arab Saudi dan Muhammadiyah menetapkan bahwa Hari Raya Idul Adha 1444 H jatuh pada ini, Rabu (28/6/2023).
Sementara, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan, 1 Dzulhijjah 1444 H jatuh pada Selasa (20/6/2023). Sehingga Hari Raya Idul Adha bertepatan dengan Kamis (29/6/2023).
Perbedaan dalam penetapan Hari Raya Idul Adha 1444 H/2023 Masehi ini, menurut Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Sekum MUI), Amirsyah Tambunan justru menjadi kesempatan untuk saling menghargai perbedaan.
Meski berbeda namun yang pasti saat Idul Adha saatnya semua Muslim mengingat peristiwa penting dalam Islam yakni perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya yang bernama Ismail.
Dikisahkan bahwa setelah meninggalkan Siti Hajar dan Nabi Ismail di Makkah, Nabi Ibrahim secara rutin mengunjungi Makkah demi mengobati rasa rindunya kepada anak pertamanya itu.
Kemudian saat Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim mendapat mimpi bahwa beliau harus menyembelih Nabi Ismail.
Ada dua versi mengenai umur Nabi Ismail saat akan disembelih oleh Nabi Ibrahim, sebagaimana dikutip oleh tvOnenews darii laman resmi NU pada Rabu (18//6/2023).
![]()
Ilustrasi Kaligrafi Allah (tim tvOne)
“Nabi Ismail berumur tujuh tahun, ada juga yang mengatakan berumur 13 tahun, sebagaimana dijelaskan Syekh Wahbah Zuhaili dalam Kitab Tafsir A-Munir.”
Saat mendapatkan perintah Allah SWT itu, Nabi Ibrahim bersedih memikirkan harus menyembelih anak yang telah ia nanti selama puluhan tahun itu. Namun sebagai seorang Nabi, ia harus menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah.
Tapi seperti diketahui, mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah SWT. Maka perintah yang diterimanya dalam mimpi Nabi Ibrahim haruslah ia laksanakan.
Nabi Ibrahim saat itu sangat bingung dalam menyikapi mimpinya. Ia tidak lantas membenarkan, namun tidak pula mengingkari.
![]()
Ilustrasi (unsplash)
Nabi Ibrahim kemudian merenunginya beberapa kali dan memohon kepada Allah untuk memberi petunjuk yang benar kepada-Nya. Setelah malam yang sangat membingungkan itu selesai, ternyata malam kedua juga datang kepadanya mimpi yang sama, begitupun dengan malam ketiga. Setelah mimpinya yang ketiga, barulah Nabi Ibrahim meyakini dan membenarkan, bahwa mimpi itu benar-benar nyata dan harus dilaksanakan.
Load more