“Bila kita cermati bersama, mudik tidak sekedar budaya, tetapi didalamnya mengandung nilai ibadah yang sangat penting. Tidak seperti klaim berbagai pihak yang sekarang ini mempermasalahkan nilai ibadah dari budaya mudik,” ujar Gus Fawait.
Sesungguhnya dalam budaya mudik ada nilai upaya merajut tali persaudaraan yang diperintahkan dalam ajaran Islam. Dalam budaya mudik ini sesungguhnya merupakan perwujudan atas perintah Allah SWT untuk memelihara silaturahmi dan menghindari bermaksiat kepada Allah SWT dalam bentuk terputusnya tali persaudaraan sebagaimana diisyaratkan dalam surat ar-ra’d ayat 21
وَالَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُوْنَ سُوْۤءَ الْحِسَابِ ۗۗۗ
Dan orang-orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.
“Aktivis mudik mampu menggerakan puluhan juta orang bergerak dari satu titik ke titik lain, itu salah satunya motivasi keagamaan untuk kepentingan silaturahim. Dan di dalam Islam silaturahmi itu memiliki kedudukan yang sangat tinggi,” tambahnya.
Lebih jauh Gus muda sekaligus Panglima Laskar Syalawat Nasional (LSN) menjabarkan silaturahim memiliki kedudukan yang sangat tinggi itu bukan sekedar saling membalas kunjungan terhadap orang yang sudah berbuat baik dan juga yang sudah menyambung tali kekerabatan. Orang-orang yang sudah terjalin hubungan akan memperkokoh dan mempererat keimanan .
“Karena dengan kita saling memaafkan dan saling bersilaturahmi Ridha Allah tercapai diampuni dosa kita setelah berpuasa sebulan dan saling memaafkan satu sama lain Halal Bihalal antar sesama manusia membuat kita seperti dilahirkan kembali fitri, itulah makna Idul Fitri,” tambah Gus Fawait.
Load more