Jakarta, tvOnenews.com - Nuzulul Quran adalah peristiwa besar dan penuh keistimewaan, maka sebagai umat Muslim dianjurkan untuk melakukan berbagai bentuk amalan untuk memperingatinya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dikatakan:
"Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah pada setiap malam Ramadhan, dan selanjutnya ia membaca Al Qur'an bersamanya," (HR. Bukhari)
Ilustrasi Shalat Malam (/istockphoto.com)
1. Menegakan Sholat Malam
Di bulan suci Ramadhan, selain dhuha, tahajud dan lainnya, shalat sunnah kamu bertambah dengan adanya shalat tarawih dan witir. Ibadah ini menjadi salah satu langkah awal untuk mengamalkan malam Nuzulul Quran.
Di malam Nuzulul Quran sebaiknya setiap Muslim semakin semangat dalam menjalankan shalat malamnya.
Hal ini karena di malam Nuzulul Quran, Allah SWT menjanjikan akan memberikan pahala berlipat ganda. Malam ini juga istimewa dibandingkan dengan malam-malam lainnya.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Barangsiapa mengerjakan sholat sunnah di malam hari bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala Allah, niscaya dosa-dosanya yang terdahulu diampuni,” (HR. Bukhari dan Muslim). Begitu hadist yang dikutip dari Fiqh Islam (Sulaiman Rasjid) (2019: 149).
Ilustrasi Dzikir (Ist)
2. Memanjatkan Dzikir
Dzikir berasal dari kata dzakara, yadzukuru atau dzukr/dzikr yang memiiliki arti perbuatan menyebut, menuturkan atau mengatakan yang dilakukan dengan lisan, sementara hati mengingat dan menyebut.
Dzikir juga didefinisikan dimana kita memberikan pujian-pujian kepada Allah SWT. Perintah berdzikir dijelaskan dalam firman Allah Surat Al-Ahzab ayat 41-42.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً (42)
"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang," (QS Al Ahzab 41-42).
Ilustrasi Dzikir ((/istockphoto.com))
3. Membaca Al-Qur'an dan Artinya
Sebagai malam peringatan diturunkannya Al-Qur'an pertama kali ke muka bumi, membaca Al-Qur'an serta mentadaburinya (membaca dan merenungi artinya) merupakan amalan malam Nuzulul Quran yang dapat mendatangkan banyak pahala dan rahmat Allah SWT.
Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah Surah Al-Baqarah ayat 185 berikut ini:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.
Artinya adalah "Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)” (QS. Al Baqarah [2];185)
Ilustrasi Orang yang Berdoa (Ist)
4 Perbanyak Doa
Doa merupakan kegiatan memohon kepada Allah SWT terhadap sesuatu hal. Banyak doa sebenarnya yang bisa dipanjatkan di malam Nuzulul Quran. Berikut salah satu contoh doa Nuzulul Quran yang dapat diamalkan selepas shalat malam.
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allahumma innaka 'afuwwun tukhibbul afwa fa'fu 'anni
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha pemaaf dan engkau menyukai ampunan maka ampunilah aku."
Selain doa di atas, doa di bawah ini juga sangat baik jika dibaca di malam Nuzulul Quran.
Allaahumma nawwir quluubanaa bi tilaawatil qur aan, wa zayyin akhlaa qonaa bijaahil qur aan, wa hassin a’maalanaa bi dzikril qur aan, wa najjinaa minan naari bi karoo matil qur aan, wa adkhilnal jannata bi syafaa’til qur aan.
Artinya:
"Ya Allah sinari hati kami sebab membaca Al-Qur'an, hiasi akhlak kami dengan kemuliaan Al-Qur'an, baguskanlah amalan kami karena berdzikir lewat Al-Qur'an, selamatkanlah kami dari api neraka karena kemuliaan Al-Qur'an, masukkanlah kami ke dalam surga dengan syafa’at Al-Qur'an."
Proses Turunnya Al-Qur`an di Bulan Ramadhan
Dalam menceritakan proses diturunkannya Al-Qur`an, para ulama berbeda pendapat.
Dilansir dari tulisan Aan Niamulloh, Santri Nahdlatul Ulama (NU), berdasarkan sumber dari kitab-kitab tafsir, secara garis besar perbedaan tersebut bisa dikategorikan menjadi tiga sudut pandang:
1. Mayoritas ulama mengatakan bahwa Al-Qur`an diturunkan secara keseluruhan pada malam Lailatul Qadar, pada bulan Ramadhan.
2. Muqātil bin Sulaiman al-Balkhī berpendapat jika Al-Qur`an diturunkan ke langit dunia setiap kali malam Lailatul Qadar selama 23 tahun.
Di setiap malam itu, Allah Taālā menurunkan ayat-ayat yang sudah diatur-Nya untuk diturunkan pada tahun tersebut.
Setelah itu barulah ayat-ayat tadi diturunkan kepada Nabi ṣalla Allāh ‘alayh wa sallam, secara berangsur, dalam kurun waktu satu tahun. Menurut Imam al-Rāzī, kedua pendapat ini dimungkinan benar.
3.‘Āmir bin Sharāḥīl al-Sha’bī berasumsi jika yang dimaksud al-Qadr [97]: 1 adalah permulaan diturunkannya al-Qur`an, yakni pada malam Lailatul Qadar.
Ilustrasi Al-Qur'an (pixabay)
Baru setelah itu, Al-Qur`an diturunkan secara gradual sesuai konteks yang ada.
Hal ini al-Sha’bī sampaikan setelah memahami pula kandungan dari al-Isrā’ [17]: 106.
Salah satu mufasir kenamaan bernama Ibnu ‘Asyūr terlihat menyetujui pendapat ketiga ini.
Semua pendapat di atas masing-masing memiliki tendensi, dan tentunya pendapat mayoritas ulama memiliki banyak riwayat yang keabsahannya tidak diragukan lagi.
Merujuk kepada pendapat mayoritas ulama, Ahmad al-Ṣāwī dalam tafsirnya menarasikan proses turunnya al-Qur`an secara lebih spesifik.
Menurutnya, Al-Qur`an turun dimulai dari malaikat Jibril yang memperolehnya dari lawḥ al-mahfūẓ, kemudian Jibril turun ke langit dunia dan mendiktekannya kepada para malaikat al-Safarah.
Mereka (al-Safarah) lantas menulisnya di atas lembaran-lembaran yang urutannya sama dengan mushaf di bumi.
Ilustrasi Al-Qur'an (pexels)
Kejadian ini bertempat di baitul ‘izzah, salah satu tempat di langit dunia.
Setelah itu, barulah Al-Qur`an diturunkan secara berkala kepada Nabi ṣalla Allāh ‘alayh wa sallam, selama (kurang lebih) 23 tahun sesuai konteks yang ada.
Tahap akhir ini dilakukan Jibril dengan mengambil kembali ayat-ayat yang telah ditulis oleh al-Safarah, lalu ia sampaikan kepada Nabi.
Berbeda dengan al-Ṣāwī, al-Balkhī dalam tafsirnya terhadap al-Dukhān [44]: 1. Dalam tafsirnya ada narasi yang berseberangan dengan al-Ṣāwī.
Bagi al-Balkhī, saat Al-Qur`an diturunkan dari lawḥ al-mahfūẓ, para malaikat al-Safarah-lah yang memiliki peran pertama dalam menerimanya.
Pada momen ini Al-Qur`an diturunkan secara bersamaan. Kemudian para malaikat al-Safarah memberikannya kepada malaikat Jibril selama 20 bulan, dan Jibril memberikannya kepada Nabi ṣalla Allāh ‘alayh wa sallam dalam jangka waktu (kurang lebih) 20 tahun.
Pendapat al-Balkhī ini sekaligus merupakan asumsi keduanya (selain yang sudah disebut), mengenai proses diturunkannya Al-Qur`an.
Perbedaan ulama dalam menentukan waktu turunnya Al-Qur`an dari baitul ‘izzah kepada Nabi ṣalla Allāh ‘alayh wa sallam, antara 20, 23, atau bahkan 25 tahun dikarenakan perbedaan mereka dalam merekam hidup Nabi SAW di Makkah usai diutus.
Adapun kehidupan Nabi Muhammad SAW di Madinah, semua ulama sepakat itu 10 tahun.
Wallahualam
Load more