Tuban, tvOnenews.com - An-Nur, demikan nama sebuah masjid yang berdiri di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Songo Desa Lajulor, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Tempat ibadah umat muslim yang didirikan tahun 1994 tersebut memiliki perbedaan yang unik dibandingkan dengan masjid pada umumnya. Bagian ujung atap masjid tidak dihiasi kubah alumunium seperti masjid kebanyakan, melainkan sebuah 'gembol' atau akar pohon jati yang sudah berusia ratusan tahun.
Menurut pengasuh Ponpes Walisongo, KH Noer Nasroh Hadiningrat, pemilihan kayu jati utuh setinggi 27 meter ini bukan tanpa maksud. Angka 27 merupakan simbol turunnya perintah sholat lima waktu dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW saat melakukan Isro’ Mi’raj yang jatuh pada tanggal 27 rajab.
“Kayu jatinya dari TPK Jatirogo, diameter 85 panjang 27 meter. Itu maunahnya Allah, untuk mendirikan itu tanpa alat berat, hanya pakai tali bambu,” tegas KH Noer Nasroh saat ditemui, Rabu (29/03).
Kyai yang masih keturunan kesultanan Yogjakarta ini menambahkan, proses pendirian masjid satu tiang ini terbilang di luar nalar manusia. Untuk mengangkut kayu jati sebesar itu pasti sangatlah sulit tanpa bantuan alat berat. Apalagi, akses jalan dan medan menuju lokasi cukup berkelok-kelok serta naik-turun.
Bahkan, konon, tiang kayu jati besar ini didirikan hanya menggunakan serat bambu. Namun, berkat kuasa Allah, tiang bisa berdiri tegak dan dapat dimanfaatkan untuk ibadah serta syiar agama Islam hingga sekarang.
“Masjid ini dibangun karena kebutuhan. Saat itu santri sudah banyak tapi belum punya masjid, lalu tahun 1994 kita bangun masjid. Sedangkan pondoknya sudah ada mulai tahun 1977,” jelas Noer Nasroh.
Load more