Napak Tilas Tokoh Islam: Malayahati, Laksamana Perempuan Pertama di Dunia Dengan Gelar Panglima Tertinggi di Laut
- https://disdikbudacehbesar.org/
Penyerangan Pasukan Coernelis de Houtman oleh Laksamana Malahayati
Tanggal 21 Juli 1599, dua kapal Belanda yang dipimpin dua orang bersaudara Coernelis de Houtman dan Fedrick de Houtman berlabuh dengan tenang di Aceh.
Namun mereka tidak menduga saat Laksamana Malahayati dan pasukannya menyerang dua kapal mereka.
Pertarungan sengit itu berlangsung di geladak kapal Cornelis de Houtman pada 11 September 1599.
Dalam penyerangan itu, Cournelis de Haoutman anak buahnya berhasil dikalahkan, mereka tewas terbunuh.
Kemudian tanggal ini dicatatkan sejarah sebagai hari kematian Cornelis de Houtman.
Sedangkan Fedrick de Haoutman sendiri ditawan dan kemudian dijebloskan kedalam tahanan Kerajaan Aceh.
Tak disangka, penyerangan ini dikabarkan menggegerkan bangsa Eropa, terutama Belanda.
Hal ini sekaligus menunjukkan kewajiban Laksamana Keumalahayati sebagai seorang pejuang keturunan Kerajaan Aceh.
Harumnya Nama Laksamana Malahayati dimata Dunia
Nama Malahayati kemudian semakin harum saat Mahkamah Amsterdam menjatuhkan hukuman denda kepada Paulus van Caerden sebesar 50.000 gulden yang harus dibayarkan kepada Kerajaan Aceh.
Denda tersebut adalah buntut Tindakan Van Caerden saat ia datang ke Aceh menggunakan dua kapal perang, dan kemudian menenggelamkan kapal dagang Aceh.
Tak hanya itu, pasukan Van Caerden juga merampas muatannya yang berupa lada. Usai melakukan aksinya itu, Van Caerden lalu pergi meninggalkan Aceh.
Peristiwa penting lainnya selama Malahayati menjadi seorang Laksamana adalah saat ia mengirimkan tiga utusan Aceh ke Belanda, yaitu Abdoelhamid, Sri Muhammad, dan Mir Hasan.
Ketiganya merupakan duta-duta pertama dari sebuah kerajaan di Asia yang menjunjung negeri Belanda. Banyak catatan orang asing tentang Malahayati.
Kehebatan dan keberanian Laksamana Malahayati dalam memimpin sebuah Angkatan perang saat itu, kemudian diakui oleh negara-negara Eropa, Arab, China dan India.
Namun sayang, perjuangan Laksamana Malahayati bersama pasukan Inong Balee harus berakhir. Tahun 1606, saat pertempuran pasukan Inong Balee melawan Portugis di perairan Selat Malaka, Laksamana Malahayati gugur.
Jasad Laksamana Malahayati kemudian dimakamkan di Desa Lamreh, Kecamatan Majid Raya, Kabupaten Aceh Besar.
Jaraknya sekitar 35 kilometer dari ibu kota Provinsi Nanggrou Aceh Darussalam atau pusat Kota Banda Aceh. Makam Laksamana Malahayati berada di puncak bukit kecil sebelah utara Desa Lamreh, Aceh Besar.
Load more