Hingga saat ini, salah satu hal yang paling dikhawatirkan orang tua adalah jika sang anak terjerumus seks di luar lembaga pernikahan atau menjadi korban kekerasan seksual. Ironisnya, tidak sedikit orang tua yang masih menganggap sepele dan tabu dalam hal memberikan pendidikan seks kepada anak dan remaja. Padahal, pendidikan seks atau pendidikan seksual sudah seharusnya dimulai sejak dini.
Tindakan ini justru dapat membahayakan bagi anak karena sang anak tidak memahami hal-hal yang berbau seksual. Di sisi lain, pemahaman tersebut dapat berguna baginya untuk mengenal dan menjaga alat seksualnya.
Pendidikan seksual secara perlahan dan bertahap ternyata sangat penting. Terutama pada anak-anak sekarang yang sudah dapat mengakses tv, internet, dan game secara mandiri. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memberikan pendidikan seksual kepada anak, terutama anak usia dini.
Bagi orang tua yang masih baru dan bingung bagaimana cara mengenalkan pendidikan seks terhadap anak, berikut merupakan informasi mengenai cara memperkenalkan pendidikan seks pada anak sejak dini menurut UNICEF dan WHO.
Tujuan pendidikan seks
Pada dasarnya, pendidikan seks atau pendidikan seksual dilakukan untuk memberikan informasi bagi anak-anak mengenai seksualitas termasuk norma susila, fungsi tubuh, hingga moral.
Tujuan pendidikan seks sendiri secara umum, sesuai dengan kesepakatan Internasional Conference Of Sex Education and family planning tahun 1962, adalah untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang menjalankan kehidupan yang bahagia, karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya. Selain itu juga, tujuan pendidikan seks adalah agar bertanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap orang lain.
Bicarakan pendidikan seksual pada anak dengan bahasa yang sederhana dan sesuai dengan istilah yang benar tanpa mengganti menjadi istilah yang dianggap orang tua lebih halus. Hal ini dapat membantu anak untuk menumbuhkan perilaku seks yang sehat dan mengajarkan pemahaman seks yang bertanggung jawab. Bahasa dan istilah dengan penamaan yang tidak tepat akan membuat anak bingung.
Pendidikan seks juga dapat menjauhkan anak dan remaja dari tindakan seksual yang berada di luar norma, termasuk pelecehan dan kekerasan seksual. Pemahaman yang didapat sejak dini dapat menjadi bekal bagi anak ketika berhadapan dengan isu seksual.
Pendidikan anak dimulai sejak dini
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak terlalu muda untuk mengenal pendidikan seksual. Banyak orang tua yang menunda pendidikan seks hingga anak berusia remaja, ketika anak sudah punya pemahaman mengenai hal tersebut.
Namun ternyata menurut UNICEF dan WHO, mengenalkan pendidikan seks atau seks edukasi sedari kecil dapat membantu anak mengenali mengenai tubuhnya sendiri.
Penjelasan kepada anak-anak dapat dimulai dengan menjelaskan fungsi dan peran keluarga serta masing-masing anggotanya. Jelaskan peran ayah dan ibu sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Setiap anggota keluarga pun harus saling menjaga.
Selain itu, penting sekali untuk dapat membangun komunikasi yang baik antar anggota keluarga. Beri tahu si anak bahwa dirinya dapat menceritakan hal apapun dengan anggota keluarga. Jadilah tempat yang aman dan nyaman bagi anak untuk berbagi hal-hal yang membuat dirinya penasaran.
Pendidikan seks untuk balita
Untuk usia balita, anak-anak belum memahami keseluruhan fungsi alat seksual. Namun, inilah saat orang tua menempatkan pondasi yang baik mengenai pemahaman seksualnya. Dilansir dari Todaysparent, anak usia dini harus mulai dikenalkan dengan alat seksualnya.
Orang tua dapat mulai mengajarkan penyebutan anatomi secara benar. Gunakan istilah biologis seperti vagina, penis, dan puting susu. Tekankan juga kepada anak bahwa bagian-bagian tersebut merupakan privasinya, sehingga jangan membiarkan orang lain menyentuhnya.
Pada usia ini, keingintahuan anak sangatlah tinggi. Orang tua dapat memanfaatkan hal ini sebagai cara masuk membahas nilai-nilai dan aturan dalam keluarga terkait pendidikan seksualnya. Contohnya seperti: alat seksual orang lain merupakan privasi bagi pemiliknya, sehingga anak juga harus menghormati hal tersebut.
Selain itu, kenalkan anak kepada consent atau persetujuan. Ajarkan anak-anak untuk tidak menyentuh orang lain di bagian manapun tanpa persetujuan orang tersebut. Jika ingin menggandeng tangan temannya, mintalah baik-baik. Jika sang teman menolak, maka sang anak tidak berhak untuk memaksakan kehendaknya. Hal tersebut berarti menghormati tubuh dirinya dan orang lain.
Pendidikan seks anak 5-8 tahun
Menurut UNICEF dan WHO, pada usia ini mulai kenalkan anak-anak pada kawan sebayanya. Proses pertemanan perlu dibangun dengan berlandaskan kepercayaan, rasa peduli, dan empati. Hal ini membantu anak untuk mengenal cinta dan kasih, dan juga mengenalkan perbedaan.
Orang tua perlu mulai melakukan pengawasan terhadap informasi seksual yang anak peroleh, khususnya dari internet. Terapkan aturan seputar berbicara dengan orang asing termasuk berbagi foto secara online. Selain itu, kenalkan kepada anak hal yang perlu dirinya lakukan ketika menemukan sesuatu yang membuat dirinya tidak nyaman.
Kenalkan juga pada anak proses pubertas yang sebentar lagi akan dialami anak. Beritahukan hal apa saja yang akan berubah dan bagaimana menanggapinya.
Pendidikan seks untuk usia 9-12 tahun
Seiring pertumbuhan mental dan pemikiran yang bertambah dewasa, orang tua dapat mengajak anak dalam mengambil keputusan dalam masalah keluarga. Pada usia ini, orang tua dapat mengenalkan anak mengenai proses kehamilan dan kelahiran yang terjadi.
Perkenalkan juga mengapa sebagian orang tua memutuskan mengadopsi anak. Beritahukan juga tanggung jawab orang tua, terutama terhadap kesejahteraan dan perkembangan anak.
Pada usia ini, orang tua harus lebih perhatian kepada anak, terutama anak perempuan. Sebagian dari mereka mungkin mulai merasakan perubahan yang terjadi pada tubuh mereka karena pubertas.
Dampingi anak-anak dalam melewati perkembangan dan perubahan dalam tubuhnya dengan mengingatkan pada anak bahwa hal tersebut merupakan hal normal.
Pendidikan seks untuk usia 13-15 tahun
Di usia ini, lingkungan pertemanan anak juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan sikapnya. Sangat mudah terjadi konflik antara anak dan orang tua pada tahap ini.
Orangtua perlu memperhatikan pertemanan anak, karena sebagian pertemanan anak dapat memberikan dampak negatif. Hubungan yang terlalu dekat dapat berujung pada hubungan seksual dan berisiko terhadap seks di luar lembaga pernikahan.
Pada tahap ini, orangtua dapat menjelaskan secara detail mengenai anatomi tubuh dan organ reproduksi manusia. Hindari penggunaan kata-kata yang tabu, tetaplah menggunakan istilah biologis yang umum.
Orangtua juga harus menjelaskan mengenai proses pembuahan yang dapat menyebabkan seseorang hamil. Penting untuk orangtua memberitahu anak mengenai risiko-risiko akibat seks dini dan juga seks yang tidak aman, termasuk kehamilan dan penyakitnya. Orang tua juga dapat memberitahu dosa yang akan didapatkan jika melakukan seks di luar lembaga pernikahan.
Orang tua wajib memberitahu anak mengenai pelecehan dan kekerasan seksual yang dapat terjadi. Kenalkan kepada anak bahwa setiap orang bertanggungjawab untuk melawan kekerasan seksual, bias, dan intoleransi dalam pertemanan.
Pendidikan seks usia 16 tahun ke atas
Pada rentang ini, anak telah mengalami pubertas dan beranjak menuju dewasa. Sebagian mungkin sudah mengenal perbuatan seksual yang tidak sesuai moral dan tidak kayak dilakukan.
Tugas orangtua pada tahap ini lebih mengatur arah pengetahuan seksualnya ke arah yang lebih baik, sehat, dan sesuai norma. Ingatkan selalu anak untuk menghindari perbuatan seksual yang dilarang oleh agama dan juga dilarang oleh hukum.
Orang tua dapat membahas hal mengenai pernikahan. Orang tua juga dapat menyarankan anak untuk menunda hubungan seksual hingga dirinya siap secara lahir, batin, dan risikonya.
Tidak ada salahnya orang tua memperkenalkan kepada anak alat kontrasepsi. Hal tersebut bukan berarti mengajarkan anak melakukan seks di luar lembaga pernikahan, tetapi sebagai sarana pengetahuan anak.(awy)
Load more