Kisah David Ozora Diangkat Jadi Film: Tuding Ketidakadilan Hukum dengan Cara Paling Menohok di Film Ozora
- X cinepolis
tvOnenews.com - Film Ozora hadir bukan sekadar sebagai tontonan, tetapi sebagai pengingat keras bahwa luka akibat ketidakadilan tidak pernah benar-benar sembuh.
Dari menit pertama, film ini mengajak penonton masuk ke lorong gelap kehidupan sebuah keluarga yang terpaksa menghadapi tragedi paling menyesakkan: seorang anak yang menjadi korban kekerasan brutal oleh keturunan pejabat berkuasa.
Dalam atmosfer yang dibuat tegang dan emosional, Ozora membuka ruang untuk merenungkan kembali bagaimana kekuasaan bisa membengkokkan hukum, bahkan ketika mata publik sedang tajam-tajamnya.
Melansir dari berbagai sumber, filml Ozora bukan hanya menampilkan kisah penganiayaan yang mengguncang Indonesia, tetapi juga perjalanan spiritual seorang ayah. Di balik ingar-bingar publik, film ini memperlihatkan betapa sepi dan beratnya pergulatan batin keluarga korban.
Pengambilan gambar yang intim dan dialog yang tajam membuat konflik batin tersebut terasa sangat manusiawi. Bukan melodrama, melainkan potret nyata dari keputusasaan, harapan, dan cinta seorang ayah yang menolak menyerah.
Melalui gaya penceritaan yang rapi dan berlapis, film ini menempatkan publik sebagai saksi dari pertarungan kecil rakyat menghadapi tembok kekuasaan. “Ozora” menjadi refleksi tentang bagaimana masyarakat dapat bersatu, bagaimana doa lintas agama menjadi kekuatan kolektif.
Bagaimana sebuah tragedi pribadi berubah menjadi isu nasional. Inilah film yang tidak hanya bercerita, tetapi mengguncang nurani.
Review: Penganiayaan Brutal Penguasa Jaksel
Indonesia tidak pernah melupakan nama David Ozora—sosok yang berubah menjadi simbol kemarahan publik terhadap ketidakadilan hukum.
Dari kisah yang mencabik itu, lahirlah Ozora: Penganiayaan Brutal Penguasa Jaksel, sebuah film yang berani menggugat struktur kekuasaan melalui kacamata keluarga korban.
Disutradarai oleh Umbara Brothers (Anggy Umbara dan Bounty Umbara), film ini tidak menampilkan rekonstruksi kriminal, melainkan interpretasi emosional yang menyoroti luka psikologis, perjuangan spiritual, dan ketimpangan hukum yang menyelimuti kasus ini.
“Kami sudah sangat memiliki ceritanya dan sepakat menyutradarainya bersama-sama,” ungkap Anggy dan Bounty, pernyataan yang menggambarkan betapa personal dan intens proyek ini bagi mereka.
Dengan dukungan deretan rumah produksi seperti Umbara Brothers Film, VMS Studio, Makara Production hingga Dbay Film Factory, film ini menjadi salah satu produksi paling ambisius tahun 2025. Para pemerannya, mulai dari Chicco Jerikho, Muzakki Ramdhan, Tika Bravani hingga Mathias Muchus, turut memperkuat narasi lewat akting emosional yang autentik.
Load more