Dari Budaya K-Pop ke K-Food, Gelombang Kuliner Korea Siap Taklukkan Indonesia, Ini Alasannya!
- Istockphoto
tvOnenews.com - Gelombang budaya Korea atau Hallyu telah lama merambah Indonesia, menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dimulai dari popularitas K-Pop yang mengguncang dunia musik hingga drama Korea (drakor) yang menjadi tontonan wajib di berbagai platform digital, pengaruh Korea Selatan kian mengakar kuat di Tanah Air.
Kini, bukan hanya musik dan hiburan yang menjadi magnet, tetapi juga gaya hidup dan cita rasa kuliner Korea yang mulai merebut hati masyarakat Indonesia.
Fenomena ini terlihat jelas dari meningkatnya minat masyarakat terhadap makanan khas Korea seperti tteokbokki, gimbap, dan ramyeon, yang kini mudah ditemui di berbagai kota besar Indonesia.
Banyak restoran maupun kafe bertema Korea bermunculan, menawarkan sensasi rasa autentik yang dikemas dengan sentuhan modern dan halal.
Hal ini menjadi bukti bahwa budaya Korea tak hanya memikat lewat visual dan musik, tetapi juga mampu membangun koneksi emosional melalui cita rasa kulinernya. Lebih dari sekadar tren, gelombang K-Food kini menjadi peluang ekonomi yang menjanjikan.
Dengan populasi besar dan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia dianggap sebagai pasar potensial bagi ekspansi industri kuliner Korea. Tak heran, berbagai pelaku bisnis dari Negeri Ginseng mulai melirik peluang kerja sama di sektor makanan dan waralaba untuk memperluas jangkauan pasar mereka.
Melansir dari Antara, salah satu bukti nyata dari upaya ini terlihat dalam keikutsertaan delapan perusahaan kuliner Korea dalam ajang Pameran Waralaba & Lisensi Internasional Indonesia (FLEI) yang digelar di Jakarta pada 10–12 Oktober lalu.
Di bawah koordinasi Kementerian Pertanian, Pangan dan Urusan Pedesaan Korea Selatan bersama Korea Agro-Fisheries & Food Trade Corporation (aT), delegasi Korea menandatangani tujuh nota kesepahaman (MoU) dengan mitra lokal, menandai langkah strategis dalam memperluas jaringan bisnis mereka di Indonesia.
Minat masyarakat terhadap kuliner Korea semakin meningkat, tidak hanya karena tren semata, tetapi juga karena daya tarik nilai budaya di baliknya. Pengunjung mengaku penasaran ingin mencoba makanan yang sering muncul di serial drama Korea.
Dari adegan makan malam hangat di musim dingin hingga suasana santai di kedai kecil Seoul, semua itu menumbuhkan rasa ingin tahu dan kedekatan emosional terhadap budaya Korea. Lee Seung-hoon, perwakilan Korea Agro-Fisheries & Food Trade Corporation (aT) di Jakarta, Indonesia memiliki keunggulan demografis yang menjanjikan bagi perkembangan industri kuliner internasional.
Dengan populasi muda dan selera yang dinamis, pasar Indonesia disebut sebagai salah satu yang paling menarik di kawasan Asia Tenggara. “K-Food bisa menjadi jembatan budaya yang mempererat hubungan kedua negara,” katanya.
Dengan strategi yang tepat dan adaptasi terhadap selera lokal, K-Food tampaknya siap menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia, memperkuat jembatan budaya antara dua negara yang terus berkembang pesat ini.
- Ist
Tahun ini, FLEI berhasil menarik sekitar 18.000 pengunjung dan diikuti oleh 250 peserta. Area paviliun Korea menjadi salah satu magnet utama yang selalu ramai sepanjang acara.
Gelombang K-Food di Indonesia mencerminkan bagaimana kuliner bisa menjadi media diplomasi budaya yang efektif. Lebih dari sekadar urusan rasa, kehadiran makanan Korea di meja makan orang Indonesia menunjukkan bagaimana interaksi lintas budaya bisa berkembang secara alami, dimulai dari hal sederhana seperti sepiring tteokbokki yang disantap bersama teman. (udn)
Load more