Review Film “Where The Rainbow Ends?”: Drama Road Movie Indonesia–Jepang yang Menyentuh Hati
- Tangkapan layar youtube mop channel
Bersama mereka, Yuka menapaki perjalanan lintas kota di Jepang, membawa penonton ikut larut dalam kisah persahabatan, kehilangan, dan harapan.
Sentuhan Dua Sutradara, Dua Gaya Berbeda
Hal unik dari film ini adalah keterlibatan dua sutradara dengan pendekatan berbeda. Hendy Sukarya dikenal lewat gaya visual puitis yang mampu menghadirkan adegan emosional nan dramatis.
Sementara Mawan Kelana hadir dengan pendekatan realistis yang menjaga cerita tetap hangat dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sinergi keduanya diharapkan menciptakan atmosfer perjalanan yang indah secara visual sekaligus menyentuh hati penonton.
Di balik layar, film ini diproduseri oleh Rizaldi Chaka dan Ony W. Pahlevi, yang juga menulis cerita bersama Jocelyn Cordelia. Executive Producer Julyana Tariani menegaskan bahwa energi segar dalam film ini lahir dari semangat kolaborasi lintas generasi dan negara.
“Kami yakin karya perdana ini akan menghadirkan pengalaman sinematis yang meninggalkan jejak emosional di hati penonton,” ujarnya. Dengan didukung para aktor muda berbakat serta sinematografi yang memukau, “Where The Rainbow Ends?” lebih dari sekadar tontonan.
Film ini adalah pengalaman emosional, tentang menertawakan kebersamaan, merasakan kehilangan, sekaligus menemukan arti rumah. Sebagaimana tagline-nya, di ujung pelangi selalu ada rumah; asal kita berani melangkah.
Sebagai film debut, “Where The Rainbow Ends?” tampak menjanjikan. Kolaborasi Indonesia–Jepang, latar Shiga yang eksotis, serta narasi emosional membuatnya layak ditunggu.
Jika produksi berjalan sesuai rencana, film ini berpotensi menjadi salah satu karya penting di layar lebar 2026, sekaligus bukti bahwa kisah tulus memang selalu menemukan jalan menuju hati penonton. (udn)
Load more