Review Film “Where The Rainbow Ends?”: Drama Road Movie Indonesia–Jepang yang Menyentuh Hati
- Tangkapan layar youtube mop channel
tvOnenews.com - Sebuah karya drama perjalanan lintas budaya bertajuk Where The Rainbow Ends? siap mewarnai layar lebar pada 2026 mendatang. Film berdurasi 100 menit ini menghadirkan kolaborasi Indonesia–Jepang yang sarat makna, mengangkat kisah tentang keluarga, persahabatan, dan pencarian jati diri.
Menariknya, film ini juga menjadi debut produksi KAN JIA Pictures di dunia perfilman, sekaligus langkah awal mereka mempersembahkan cerita yang tak hanya menghibur, tetapi juga menyentuh hati.
Melansir dari YouTube MOP Channel, film ini tidak hanya menjadi langkah awal rumah produksi tersebut di industri perfilman Indonesia.
Akan tetapi juga menghadirkan kolaborasi lintas budaya Indonesia–Jepang yang dikemas dalam kisah penuh makna tentang keluarga, persahabatan, dan pencarian jati diri.
Sejak tahap awal, proyek ini mendapat dukungan kuat dari WOWNAS, sebuah lembaga berbasis di Jepang yang diketuai Akiko-san. WOWNAS berperan dalam aspek teknis hingga pemilihan lokasi, yang akhirnya menjadikan Kota Shiga sebagai latar utama.
Keputusan ini cukup menarik, karena Shiga jarang diekspos dalam film internasional, padahal menyimpan kekayaan alam dan budaya yang otentik.
Pemerintah Kota Shiga sendiri menyambut hangat produksi ini, dan proses syuting direncanakan dimulai pada 19 Oktober 2025. Dukungan resmi tersebut mempertegas bahwa “Where The Rainbow Ends?” bukan hanya proyek film, tetapi juga jembatan budaya antara dua negara.
Alur Cerita: Pencarian Rumah dan Arti Pulang
Film ini berkisah tentang Yuka (Elsa Japasal), seorang remaja Jepang yang besar di Indonesia bersama ibu angkatnya, Kaabun (Vonny Anggraini).
Hidup Yuka berubah drastis setelah sebuah peristiwa mengguncang batinnya. Dalam pencarian jawaban, ia menemukan sebuah buku ilustrasi peninggalan orang tua kandungnya.
Berbekal petunjuk samar itu, Yuka nekat berangkat ke Jepang demi menelusuri jejak masa lalu dan menemukan rumah lamanya, sebuah tempat yang diyakininya mampu mengembalikan arti “pulang”.
Perjalanan Yuka mempertemukannya dengan tiga karakter lain: Hye Rin (Josevanie Allestra), gadis Indo-Korea penuh semangat yang menyimpan luka keluarga; Arka (Bima Azriel), sahabat lama yang kembali hadir dengan kesetiaan; serta Masato (Reon Kidera), mahasiswa kedokteran sekaligus atlet baseball yang masih dihantui masa lalu.
Bersama mereka, Yuka menapaki perjalanan lintas kota di Jepang, membawa penonton ikut larut dalam kisah persahabatan, kehilangan, dan harapan.
Sentuhan Dua Sutradara, Dua Gaya Berbeda
Hal unik dari film ini adalah keterlibatan dua sutradara dengan pendekatan berbeda. Hendy Sukarya dikenal lewat gaya visual puitis yang mampu menghadirkan adegan emosional nan dramatis.
Sementara Mawan Kelana hadir dengan pendekatan realistis yang menjaga cerita tetap hangat dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sinergi keduanya diharapkan menciptakan atmosfer perjalanan yang indah secara visual sekaligus menyentuh hati penonton.
Di balik layar, film ini diproduseri oleh Rizaldi Chaka dan Ony W. Pahlevi, yang juga menulis cerita bersama Jocelyn Cordelia. Executive Producer Julyana Tariani menegaskan bahwa energi segar dalam film ini lahir dari semangat kolaborasi lintas generasi dan negara.
“Kami yakin karya perdana ini akan menghadirkan pengalaman sinematis yang meninggalkan jejak emosional di hati penonton,” ujarnya. Dengan didukung para aktor muda berbakat serta sinematografi yang memukau, “Where The Rainbow Ends?” lebih dari sekadar tontonan.
Film ini adalah pengalaman emosional, tentang menertawakan kebersamaan, merasakan kehilangan, sekaligus menemukan arti rumah. Sebagaimana tagline-nya, di ujung pelangi selalu ada rumah; asal kita berani melangkah.
Sebagai film debut, “Where The Rainbow Ends?” tampak menjanjikan. Kolaborasi Indonesia–Jepang, latar Shiga yang eksotis, serta narasi emosional membuatnya layak ditunggu.
Jika produksi berjalan sesuai rencana, film ini berpotensi menjadi salah satu karya penting di layar lebar 2026, sekaligus bukti bahwa kisah tulus memang selalu menemukan jalan menuju hati penonton. (udn)
Load more