Indonesia Finance Festival 2025: Era Teknologi Financial Renaissance untuk Generasi Muda Bersinergi Ubah Wajah Keuangan Indonesia
- Istockphoto
tvOnenews.com - Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan investasi, terutama di ranah teknologi keuangan (fintech), telah menembus batas konvensional, seiring semakin dalamnya penetrasi digitalisasi.
Kondisi ini mencerminkan arus modal dan minat masyarakat terhadap inovasi keuangan digital. Di sisi makro, perekonomian Indonesia juga tetap tangguh di tengah ketidakpastian global.
Investasi bukan hanya sebagai alat akumulasi kekayaan, tetapi juga fondasi pembangunan ekonomi di era digital. Seiring datangnya gelombang fintech, seperti pembayaran digital, lending berbasis aplikasi, hingga neobank, akses ke layanan keuangan menjadi lebih inklusif dan efisien.
Data resmi OJK menunjukkan bahwa per Februari 2025, pembiayaan outstanding dari fintech peer-to-peer lending meningkat hingga Rp 80,07 triliun, melonjak 31,06 %, dengan rasio kredit macet (TWP90) yang tetap terkendali di 2,78 %.
Selain itu, jumlah fintech P2P lending berizin yang tercatat di OJK hingga April 2025 mencapai 96 perusahaan. Fakta ini mempertegas peran regulasi dalam menjaga ekosistem fintech agar tumbuh sehat, inovatif, dan berorientasi pada inklusi keuangan.
Dari sisi investasi langsung, realisasi investasi nasional sepanjang triwulan I 2025 mencapai Rp 465,2 triliun, naik 2,7 % dibanding triwulan IV 2024 dan melonjak 15,9 % yoy, melansir dari Badan Koordinasi Penanaman Modal. Bahkan pada semester I 2025, total investasi nyaris menyentuh Rp 1.000 triliun.
Sementara itu, suntikan modal signifikan melalui pembiayaan venture capital tercatat sebesar Rp 16,34 triliun, sedangkan total pembiayaan institusi keuangan mencapai Rp 507,02 triliun per Februari 2025.
Semua indikator ini menunjukkan bagaimana digitalisasi dan keuangan modern bukan hanya memicu volume transaksi, tetapi juga merangsang arus investasi yang lebih besar dan beragam.
Transformasi ini menempatkan generasi muda, yang lahir dan tumbuh di era digital bukan hanya sebagai konsumen, melainkan sebagai pelaku utama dalam mencipta ekosistem keuangan yang inklusif, transparan, dan berkelanjutan.
Inovasi dalam fintech, integrasi AI, serta praktik bisnis berkelanjutan membuka jalan bagi solusi keuangan yang adil dan adaptif. Sebagai respons atas tren ini, Universitas Prasetiya Mulya, melalui Finance and Investment Society (FIS), menyelenggarakan FinFerence 2025 di BSD pada Sabtu, 30 Agustus.
Mengusung tema Market Odyssey: Thriving in the New Financial Era, acara tersebut merefleksikan perjalanan adaptif menghadapi dinamika keuangan modern, dengan menekankan ketangguhan dan daya saing.
“Konferensi ini berfokus pada sektor keuangan serta inovasi dan pembaruan terbaru dalam industri... kami berharap acara ini dapat menginspirasi generasi muda untuk menjadi motor perubahan di era keuangan baru,” kata Christian Thomas, Ketua Panitia FinFerence 2025.
- Ist
"FIS berkomitmen untuk menjadi wadah inspirasi, jejaring, dan diskusi kritis bagi mahasiswa... generasi muda memegang peran penting dalam membentuk masa depan ekonomi bangsa,” ujar Benedictus Prasetya Soegiopranoto, Ketua Himpunan Mahasiswa FIS.
Acara ini menghadirkan tokoh penting seperti Basuki Tjahaja Purnama, Felix Haridinata (CEO Midas Cuan), Bernadus Wijaya (CEO Sucor Sekuritas), Andy Lynn (CEO Crypstocks), dan Sulianto Indria (Founder Trade With Suli).
Kehadiran mereka memperkaya diskusi dan memperkuat posisi FinFerence sebagai jembatan antara riset akademik dan praktik industri fintech. Lebih dari sekadar forum, konferensi ini membuka peluang kolaborasi nyata antara kalangan publik, akademisi, dan pelaku industri fintech memberi semangat baru bagi ekosistem keuangan Indonesia. (udn)
Load more