Industri Fashion, Footwear, dan UMKM Indonesia Dilirik Dunia, Gekrafs Lobi Amerika untuk Turunkan Tarif Ekspor
- Istockphoto
tvOnenews.com - Industri ekonomi kreatif Indonesia tengah memasuki babak baru. Tiga subsektor utama fashion, footwear, dan UMKM menjadi sorotan bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di panggung internasional.
Data resmi menunjukkan ketiganya berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional sekaligus punya peluang besar menembus pasar global. Momentum ini semakin kuat setelah Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (GEKRAFS) melakukan lobi langsung ke Pemerintah Amerika Serikat untuk menurunkan tarif produk kreatif Indonesia.
Fashion Indonesia bukan lagi sekadar gaya, tapi bagian penting dari ekonomi kreatif nasional. Fashion, kuliner, dan kriya adalah tiga subsektor prioritas yang menopang ketahanan ekonomi kreatif Indonesia.
Prestasi luar biasa datang dari industri alas kaki. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan ekspor footwear Indonesia pada kuartal I 2025 mencapai US\$1,89 miliar, naik 13,8% dibanding tahun sebelumnya.
Dengan angka tersebut, Indonesia kini menempati peringkat keenam eksportir alas kaki terbesar dunia dengan pangsa pasar 3,99%.
Pasar utama produk alas kaki Indonesia adalah Amerika Serikat, disusul Eropa (Jerman, Belanda, Belgia) dan Asia (Jepang, Tiongkok, Korea Selatan).
Di level akar rumput, UMKM tetap jadi tulang punggung ekonomi nasional. Menurut data Kadin Indonesia, pada 2023 terdapat 66 juta UMKM yang menyumbang 61% PDB nasional atau sekitar Rp9.580 triliun, sekaligus menyerap 117 juta tenaga kerja.
Namun, meski besar secara jumlah dan kontribusi, UMKM Indonesia masih menghadapi tantangan serius seperti keterbatasan akses pembiayaan, digitalisasi, dan daya saing ekspor.
GEKRAFS Lobi Amerika: Buka Jalan Turunnya Tarif
Di tengah geliat tersebut, GEKRAFS mengambil langkah strategis dengan melakukan lobi ke Pemerintah Amerika Serikat. Pertemuan yang digelar pada 24 Agustus 2025 di Chandler, Arizona, dipimpin langsung oleh Ketua Umum Kawendra Lukistian. Acara ini melibatkan KBF International, parlemen AS, senator, serta lebih dari 500 diaspora Indonesia pelaku ekonomi kreatif di Amerika.
“Kami menyampaikan aspirasi pelaku kreatif Indonesia langsung kepada DPR Amerika Serikat dan mendapat respons positif. Bahkan, sudah dibahas rencana tindak lanjut oleh GEKRAFS cabang Amerika Serikat,” ungkap Kawendra.
Langkah ini memperkuat diplomasi sebelumnya yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto, yang berhasil menurunkan tarif bea masuk dari 32% menjadi 19% pada Juli lalu. GEKRAFS berharap negosiasi tambahan bisa menekan tarif lebih rendah lagi untuk produk kreatif, terutama fashion, footwear, dan UMKM.
Load more