Ibunda Pratama Arhan Bicara Apa Adanya soal Perjuangan Anaknya dapat Kepercayaan di Timnas Indonesia: Kami Miskin dari Desa tapi...
- dok.kolase tvonenews.com
Jakarta, tvOnenews.com- Pratama Arhan pernah menjadi sorotan karena dirinya terus berkembang. Terlebih saat dirinya masuk Timnas Indonesia di era Shin Tae-yong (STY).
Perkembangannya yang kian pesat, Pratama Arhan di Timnas Indonesia jadi buah bibir di sosial media (Sosmed) dan pemberitaan.
- dok.kolase tvonenews.com
Melihat Pratama Arhan yang merupakan pemain lokal hingga masuk Timnas Indonesia dan mampu bermain di luar negeri menjadi sebuah asa baru. Hal ini buah manis dari perjuangannya selama ini.
Ibunda Arhan, Surati pernah berbagi cerita tentang perjuangan keluarga mereka yang penuh tantangan demi mendukung mimpi anaknya menjadi pesepak bola profesional.
"Saya ini bukan dari golongan ekonomi kaya. Kami orang miskin. Dulu kami sering jual-jual barang untuk mendukung anak saya mengikuti kompetisi,” ujar Surati dengan nada haru, dikutip dari Youtube beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Surati mengatakan bahwa dalam prosesnya sang anak melewati berbagai kompetisi sepak bola, keluarganya sering kali harus mengorbankan apa yang mereka miliki.
"Lha gimana lagi, punyanya itu, ya kita jual yang ada. Pernah bapaknya pulang bawa gabah, ya kita jual,” kenangnya. Biaya yang dibutuhkan untuk membeli peralatan sepak bola, seperti sepatu, serta untuk ongkos transportasi ke lokasi pertandingan. Pengeluaran ini tidaklah kecil bagi keluarga mereka yang tinggal di desa Sidomulyo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
- Instagram/@andre_rosiade
Ibunda Pratama Arhan itu mengakui keterbatasan yang dimiliki keluarganya. Namun hebatnya, sang anak yang selalu diklaim 'Kesayangan Pelatih STY' itu bisa dipatahkan karena begitu berproses dari awal hingga jadi pemain Profesional.
Arhan sempat mengalami keterbatasan dana, ia hanya mampu membeli sepatu murah seharga Rp25 ribu.
Pemain bertalenta ini meski sering dimainkan di era STY, Pratama Arhan juga pernah dimainkan oleh Patrick Kluivert.
Load more