Menumbuhkan Budaya Menanam Ramah Lingkungan, Cara Meningkatkan Produksi di Tengah Tantangan Iklim
- Istockphoto
tvOnenews.com - Dalam menghadapi tantangan iklim yang semakin kompleks, pendekatan ramah lingkungan dalam budidaya tanaman menjadi solusi berkelanjutan yang layak diterapkan.
Untuk tanaman hortikultura seperti melon, praktik budidaya yang memperhatikan keseimbangan alam sangat penting guna menjaga produktivitas.
Salah satu langkah yang dapat diterapkan petani adalah pemilihan varietas melon yang tahan terhadap virus dan perubahan cuaca ekstrem.
Varietas unggul yang telah diuji ketahanannya terbukti mampu menghasilkan buah yang lebih berkualitas meski dalam kondisi lingkungan yang fluktuatif.
Selain pemilihan benih, penerapan teknik tanam yang adaptif seperti penggunaan mulsa organik dan sistem irigasi tetes juga terbukti mampu menjaga kelembapan tanah tanpa membuat lingkungan terlalu lembap yang biasanya menjadi pemicu berkembangnya virus tanaman.
Dengan sistem irigasi efisien, petani dapat mengontrol asupan air secara tepat, terutama saat musim hujan tiba.
Ini menjadi kunci penting dalam menjaga pertumbuhan optimal tanaman tanpa harus tergantung sepenuhnya pada kondisi cuaca.
Penggunaan pupuk organik secara berkala juga berperan besar dalam meningkatkan kesuburan tanah dan ketahanan tanaman.
Kombinasi pupuk kandang, kompos, dan mikroorganisme lokal tidak hanya memperkaya nutrisi tanah tetapi juga mendukung pertumbuhan akar yang kuat dan sehat.
- Istockphoto
Budaya Menanam Organik
Budaya menanam berbasis organik ini sejalan dengan prinsip eco green, di mana pertanian tidak merusak alam melainkan menjalin hubungan yang harmonis dengan ekosistem sekitarnya.
Langkah lain yang tidak kalah penting adalah pengendalian hama dan penyakit secara alami.
Alih-alih menggunakan pestisida sintetis yang berdampak jangka panjang terhadap lingkungan, petani dapat mulai menggunakan agen hayati seperti Trichoderma atau pestisida nabati dari daun mimba dan sereh.
Pendekatan ini membantu menjaga lingkungan tetap bersih serta mengurangi resistensi patogen tanaman dalam jangka panjang.
Sayangnya, meskipun berbagai upaya bisa dilakukan, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa petani melon di wilayah Jawa Timur saat ini tengah menghadapi penurunan performa tanaman yang cukup serius.
Di daerah sentra produksi seperti Nganjuk, Kediri, dan Madiun, pertumbuhan melon terganggu di fase pembesaran buah.
Buah yang dihasilkan lebih kecil, kulitnya kasar, dan warnanya pucat. Bahkan sebagian buah mengalami pecah atau tidak terbentuk sempurna, sehingga gagal memenuhi standar kualitas pasar.
Kondisi ini diperburuk oleh cuaca yang tidak menentu serta kelembapan tinggi, yang memicu penyebaran virus secara masif.
Petani seperti Edi dan Arif Nur Azis dari Kediri mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan kualitas hasil panen, namun terbentur oleh serangan virus dan keterbatasan akses terhadap benih unggul tahan penyakit.
Mujet, salah satu pelaku usaha hortikultura, menambahkan pentingnya pendampingan dan edukasi intensif dari pemerintah agar petani lebih siap menghadapi perubahan kondisi iklim.
Menanggapi hal ini, Dinas Pertanian Jawa Timur berkomitmen meningkatkan program monitoring kesehatan tanaman dan memberikan pelatihan teknis bagi petani.
Namun, tantangan ini menjadi pengingat bahwa sektor hortikultura tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan sinergi nyata antara petani, pemerintah, dan swasta untuk membangun sistem pertanian yang tangguh, adaptif, dan berkelanjutan.
Budaya menanam yang berbasis ramah lingkungan bukan hanya tentang hasil panen, tetapi juga tentang keberlangsungan ekosistem dan kehidupan petani itu sendiri.
Dengan pendekatan eco green, petani tidak hanya menanam tanaman—mereka juga sedang menanam harapan untuk masa depan bumi yang lebih sehat dan seimbang. (udn)
Load more