Jauh sebelum jadi Gubernur Jabar, Ternyata Dedi Mulyadi Pernah Ngojek, Jualan Es Mambo, hingga Tidur di Kontrakan Reyot
- YouTube
tvOnenews.com, Jakarta – Nama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tengah menjadi sorotan publik lantaran kebijakan-kebijakannya dalam memimpin Tanah Pasundan dinilai kontroversial, mulai dari syarat vasektomi untuk penerima bantuan sosial hingga yang terbaru barak militer untuk anak nakal.
Dedi Mulyadi yang berasal dari keluarga sederhana berhasil meraih suara mencengangkan sebesar 62,22 persen atau 14.130.192 suara dalam Pilgub Jabar 2024. Pria kelahiran Subang ini membuktikan bahwa masa lalu yang penuh keterbatasan bukanlah penghalang untuk meniti karier politik.
Masa Kecil Penuh Perjuangan
- Antara
Dedi Mulyadi lahir di Subang, 11 April 1971, dari keluarga sederhana. Ayahnya, Ahmad Suryana, adalah purnawirawan tentara yang harus berhenti bertugas di usia muda karena sakit misterius, diduga diracun oleh mata-mata Belanda kala itu.
Setelah keluar dari militer, sang ayah sempat bekerja di perkebunan, namun mundur karena menolak ikut praktik curang menjual pupuk ilegal.
Sejak itu, sang ibu, Karsiti, mengambil alih peran sebagai tulang punggung keluarga menjadi buruh tani, menyangkul, bahkan jadi kuli tandur.
Dalam kondisi ini, Dedi kecil terbiasa hidup prihatin. Makan dengan lauk garam dicampur bawang menjadi rutinitas. Ikan asin, yang dianggap mewah, hanya hadir di awal bulan.
“Kadang malam hari saya cari belalang buat teman makan nasi,” kenangnya dilansir dari Kompas.com.
Bahkan untuk jajan es mambo, Dedi harus berjualan satu termos es terlebih dulu. Dari hasil penjualan itu, ia dapat 5 batang sebagai komisi yang akhirnya ia jual kembali karena sayang untuk dimakan.
Satu-satunya rengekan masa kecil yang Dedi ingat adalah saat ia meminta dua ekor domba. Ibunya yang penuh kasih menjual cincin satu-satunya demi memenuhi permintaan anaknya.
Domba jantan dan betina itu kemudian berkembang menjadi 40 ekor, yang kelak menjadi penopang ekonomi keluarga dan biaya sekolah Dedi.
Selain menggembala domba, Dedi juga jadi tukang ojek, jual kayu bakar, hingga kuli pikul batu bata dengan upah 1 perak per bata, demi bisa membeli baju baru saat Lebaran.
Selepas SMA, Dedi ingin mengikuti jejak sang ayah dengan masuk AKABRI atau Secapa. Namun berat badannya tak memenuhi syarat. Ia sempat diterima di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad), tapi gagal melanjutkan karena tak ada biaya.
Dengan modal lima helai pakaian, Dedi hijrah ke Purwakarta mengikuti kakaknya. Di sana, mereka tinggal di kontrakan reyot dan hanya memiliki satu kasur. Sering tidur di lantai, Dedi memilih menenangkan diri lewat salat malam. Kondisi ekonomi yang memprihatinkan tak membuatnya menyerah.
Ia akhirnya melanjutkan pendidikan di STIH Purwakarta, dengan membiayai sendiri kuliah dari hasil jualan gorengan dan beras. Aktivitas kampus dan organisasi pun tak ditinggalkannya.
- tvOnenews.com/Cepi Kurnia
Langkah Awal di Dunia Politik
Kiprah Dedi di politik dimulai dari kampus, saat menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Purwakarta sekitar 1994. Ia juga aktif di SPSI dan KSPSI. Pada 1999, ia terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Purwakarta dari Partai Golkar.
Tak sampai satu periode, Dedi dipercaya mendampingi Lily Hambali sebagai Wakil Bupati Purwakarta (2003–2008). Kemudian, ia dua kali terpilih sebagai Bupati Purwakarta, dari 2008 hingga 2018. Kepemimpinannya dikenal dengan sentuhan budaya Sunda yang kental dan pendekatan humanis.
Setelah menjabat bupati dua periode, Dedi menjajal Pilgub Jabar 2018 sebagai cawagub mendampingi Deddy Mizwar, namun kalah. Ia lalu menjabat anggota DPR RI dan menjadi tokoh penting Partai Golkar bahkan pernah menjabat Ketua DPD Golkar Jabar.
Namun menjelang Pilgub 2024, Dedi berlabuh ke Partai Gerindra, mencalonkan diri sebagai gubernur, dan menang telak. Kemenangannya disebut-sebut sebagai hasil konsistensi gaya kepemimpinannya yang membumi dan berbasis pada rakyat.
Kehidupan Pribadi
- Tim tvOne/Cepi Kurnia
Dedi menikah pertama kali dengan Sri Muliawati, dari pernikahan ini ia dikaruniai satu anak bernama Maulana Akbar Ahmad Habibie. Setelah itu, ia menikah dengan Anne Ratna Mustika, yang kini sudah berpisah, dan dari pernikahan ini memiliki dua anak.
Saat ini Dedi adalah ayah dari tiga orang anak, yang terus ia sebut sebagai sumber semangat hidupnya di tengah menjalankan amanat sebagai Gubernur Jawa Barat 2025–2030.
Dalam berbagai kesempatan, ia tampil khas berpakaian Sunda, blusukan ke pelosok desa, menyapa rakyat kecil, dan menolak kehidupan mewah.
Ia juga dikenal vokal, berani, dan unik dalam menyikapi masalah sosial, termasuk gagasannya tentang "barak pendidikan untuk siswa nakal" dan realokasi APBD Rp5 triliun yang ia dedikasikan untuk kebutuhan masyarakat seperti kelas baru, listrik, dan jalan desa.
Kisah Dedi Mulyadi adalah cermin bahwa siapa pun, dari latar belakang apa pun, bisa menjadi pemimpin besar selama ia setia pada nilai kerja keras, kejujuran, dan kepedulian pada sesama.
“Saya hanya anak dari ibu petani dan ayah prajurit kecil. Tapi saya tahu, jika hidup ini dijalani dengan niat baik dan usaha sungguh-sungguh, Allah pasti beri jalan,” tutup Dedi Mulyadi.
Load more