Hendropriyono Akhirnya Jujur Ungkap Jasa Hercules: Banyak Juga Jasa Dia, Sampai Kakinya Buntung, Matanya Juga, Kalau Bisa Milih Dia...
- Ist / Antara
tvOnenews.com - Ketegangan antara tokoh ormas Hercules Rosario de Marshal dengan sejumlah purnawirawan TNI makin mencuat ke publik.
Situasi ini bahkan menyeret nama mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) periode 2001–2004, Jenderal (Purn) AM Hendropriyono.
Tak sekadar menanggapi, Hendropriyono tampil membela Hercules dengan menyebut bahwa pria yang kerap dijuluki mantan preman Tanah Abang itu memiliki jasa besar bagi Indonesia.
Dalam wawancaranya yang dikutip dari kanal YouTube Kilat Media pada Minggu (4/5/2025), Hendropriyono menyatakan bahwa Hercules bukan sekadar tokoh ormas, melainkan seseorang yang telah berkontribusi dalam tugas negara.
"Dia dulu juga sebagai TBO (Tenaga Bantuan Operasi), kemudian partisan, ikut bahu-membahu bersama kita melaksanakan tugas negara. Waktu itu di Timor Timur yang sekarang menjadi Timor Leste," ujar Hendropriyono.
Hercules, yang lahir di Timor Leste, disebut Hendropriyono tetap setia kepada Indonesia meski wilayah kelahirannya memilih merdeka dari NKRI.
“Banyak yang pindah kewarganegaraan, tapi Hercules memilih tetap bersama Republik Indonesia,” tegasnya. Kesetiaan itu dibayar mahal. Dalam berbagai operasi militer, Hercules mengalami luka berat.
“Kakinya buntung, tangannya juga satu, matanya tinggal satu yang sehat. Itu bukan hal kecil,” ujar mantan jenderal baret merah tersebut.
Hendropriyono juga menambahkan bahwa masuknya Hercules ke dunia kekerasan bukan pilihan yang ia inginkan.
“Kalau dia bisa memilih, dia tidak akan menjadi preman. Tapi siapa yang mau menerima orang cacat seperti dia kerja? Mungkin tidak ada jalan lain,” ujarnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa Hercules juga perlu memperbaiki sikap dan organisasi yang dipimpinnya. “Dia harus belajar memperbaiki diri, dan kita juga perlu bercermin, kenapa ini bisa terjadi,” pungkasnya.
Pernyataan ini muncul di tengah memanasnya hubungan antara Hercules dan beberapa tokoh purnawirawan TNI, seperti Sutiyoso dan Gatot Nurmantyo.
Konflik bermula saat Sutiyoso melontarkan kritik terhadap ormas yang dianggap cenderung premanistik. Hercules, merasa tersinggung, membalas dengan menyebut Sutiyoso sudah bau tanah dan menyarankan agar tidak usah mencampuri urusan ormas.
'“Sudahlah, kalau saya bilang, mulutnya sudah bau tanah. Nggak usah nyinggung-nyinggung kita,” ucap Hercules seperti dikutip Viva.co.id.
Meski sempat panas, Hercules akhirnya menyampaikan permintaan maaf kepada Sutiyoso. Namun, situasinya berbeda dengan Gatot Nurmantyo.
Mantan Panglima TNI itu menyebut Hercules sebagai "preman berbaju ormas", yang memicu respons keras dari Hercules.
- tvOnenews.com/Julio Trisaputra
Melalui kanal YouTube GRIB TV, ia menyatakan, “Saudara Gatot Nurmantyo, saya tidak takut sama Anda. Saya tidak menghargai Anda. Pak Sutiyoso diam-diam saja, tapi Pak Gatot kok seperti kebakaran jenggot.”
Hercules pun mempertanyakan motif Gatot yang terus menyerangnya, padahal dirinya tidak pernah menyebut nama Gatot dalam pernyataan awalnya.
Perseteruan ini menunjukkan betapa tajamnya ketegangan antara kelompok sipil dan sejumlah purnawirawan militer dalam konteks kekuatan sosial politik yang kini tengah dinamis.
Menariknya, Hendropriyono sendiri diketahui pernah berada dalam posisi yang tidak mudah dalam menyikapi Hercules di masa lalu.
Namun, kini ia justru menggarisbawahi bahwa bangsa ini perlu mengakui jasa orang seperti Hercules, terutama dalam konteks konflik Timor Timur.
“Dia itu anak bangsa, jangan hanya dilihat dari kesalahannya. Jasa dia juga ada,” ujarnya.
Dalam situasi ini, Hendropriyono tampak mencoba meredam konflik dengan pendekatan historis dan kemanusiaan, sembari tetap mengingatkan pentingnya introspeksi dari semua pihak.
Polarisasi antara eks militer dan tokoh ormas seperti Hercules bisa menjadi refleksi bahwa narasi nasionalisme dan pengabdian pada negara bisa datang dari banyak wajah, bahkan dari mereka yang dulu dicap sebagai preman. (udn)
Load more