Top 3 Sports: Ko Hee-jin Menangis Lihat Kondisi Megawati Hangestri, Bukan Klub Prancis atau Jepang yang Lirik Megatron, Hingga Megawati yang Disebut Layak Masuk 'Hall of Fame' V-League
- KOVO
tvOnenews.com -Top 3 sports adalah tiga artikel sports terpopuler yang sudah dirangkum tim tvOnenews.com selama Selasa, 08/04/25.
Kisah perjuangan Megawati Hangestri bersama Red Sparks menjadi sorotan utama dunia olahraga dalam beberapa hari ini.
Pasalnya, Megatron tengah berjuang menuntaskan musim terakhirnya di Liga Voli Korea dengan kondisi fisik yang tidak prima.
Dari tangis haru pelatih Ko Hee-jin melihat kondisi Megawati, hingga spekulasi sang bintang akan kembali ke Indonesia usai musim ini, serta pujian yang menyebutnya layak masuk ‘Hall of Fame’ V-League.
Semua terangkum dalam deretan berita voli paling banyak dibaca hari ini. Inilah kisah perjuangan dan keteguhan Megawati Hangestri yang menginspirasi banyak orang.
Berikut adalah top 3 artikell sports seputar Liga Voli Korea dan Megawati Hangestri.
1. Tangis Ko Hee-jin Melihat Kondisi Megawati: “Saya Tak Kuasa Menahan Air Mata”
Drama emosional terjadi jelang laga penentuan juara Liga Voli Korea 2024/2025 ketika pelatih Red Sparks, Ko Hee-jin, menitikkan air mata saat membahas kondisi Megawati Hangestri.
- KOVO
Red Sparks akan melakoni duel penentu melawan Incheon Heungkuk Life Pink Spiders pada Selasa, 8 April 2025, setelah menyamakan kedudukan 2-2 di final.
Dalam dua laga sebelumnya yang berlangsung sangat ketat—154 dan 155 menit—Red Sparks memaksakan perpanjangan laga hingga partai kelima.
Namun kemenangan itu membawa konsekuensi berat. Beberapa pemain andalan mengalami penurunan kondisi, termasuk Megawati, Yeum Hye-seon, Noh Ran, dan Vanja Bukilic.
“Lutut kanan Mega tidak dalam kondisi bagus. Ia terlalu banyak bermain dalam waktu singkat,” ungkap Ko Hee-jin dikutip dari Chosun.
Meski begitu, Megawati tetap menjadi pilar utama tim, bahkan sampai absen latihan demi fokus pemulihan.
Perjuangan itu menginspirasi seluruh tim. Middle blocker Jung Ho-young menyampaikan kesedihannya melihat rekan-rekannya kesakitan.
“Setiap kali mereka memegang lutut, hati saya hancur,” ujarnya kepada News1.kr.
Ia menambahkan, “Namun rasa sakit itu justru membuat kami lebih bersemangat dan bertanggung jawab. Kami ingin mengakhiri puasa gelar 13 tahun.”
Load more