#Kaburajadulu Ramai Banget, Sebenarnya Akibat Frustasi atau Cari Gaji Lebih? dr Faisal di Hadapan Helmy Yahya Berani Ungkap Hal ini: Mereka itu...
- youtube Helmi Yahya
"Jadi perasaan cukup itu jadi perasaan yang dibutuhkan kembali. Jadi gak terus menerus komparasi, itu yang pada akhirnya FOBO, menjadi kegelisahan anak sekarang," imbuhnya.
Helmi Yahya kemudian bertanya apakah ada saran bagi anak muda untuk bisa berkembang dan menghadapi situasi ini dengan lebih baik.
Dr. Faisal memberikan perspektif bahwa generasi muda perlu melihat kembali sejarah perjuangan pemuda Indonesia.
- tangkapan layar helmi yahya
"Ya, nasihat saya adalah berkaca pada generasi-generasi muda Indonesia. Jadi kalau dulu Indonesia lahir dari anak-anak muda yang masih usia belasan, dua puluhan dengan segala keterbatasan. Membaca buku, berdiskusi, berimajinasi, lalu lahirlah Indonesia. Indonesia itu adalah sebuah imajinasi. Saya rasa ini yang dibutuhkan generasi sekarang untuk re-imajinasi lagi atau imajinasikan ulang bagaimana Indonesia. Kalau sudah, saya yakin akan jadi Indonesia yang baru. Saya yakin Indonesia akan menuju bangsa yang besar," ungkapnya.
Tantangan berikutnya yang dihadapi generasi muda adalah bagaimana mereka bisa bertahan dalam kondisi yang penuh ketidakpastian.
Helmi Yahya menanyakan keterampilan dasar apa yang harus dimiliki agar anak muda bisa bertahan dalam dunia kerja yang semakin kompetitif.
Dr. Faisal menjawab bahwa mencintai ilmu adalah kunci utama untuk bisa bertahan dan berkembang.
"Kalau saya mengatakan, dia harus cinta sama ilmu apapun Mas Helmi. Kalau dia cinta sama ilmu, dia akan jadi long live learner. Jadi dia gak jadi orang yang pragmatis, gak jadi orang yang FOMO, FOBO, tapi dia mengejar itu karena benar-benar cinta sama ilmu yang dia miliki," pungkasnya.
Sebagai seorang psikolog yang telah meneliti generasi muda selama lebih dari 15 tahun melalui YouthLab.id, Dr. Faisal memiliki pandangan yang mendalam tentang karakteristik generasi saat ini.
Dalam bukunya "Kembali ke Akar," ia membandingkan generasi milenial yang lebih kreatif, inovatif, dan memiliki orientasi sosial tinggi dengan generasi Z yang lebih rentan terhadap tekanan dan mudah merasa putus asa.
Load more