tvOnenews.com - Baru-baru ini, nama Gus Miftah kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah sebuah video ceramahnya menjadi viral.
Dalam video tersebut, Gus Miftah terlihat mengolok-olok seorang penjual es teh di tengah acara pengajian.
Video tersebut langsung menjadi sorotan banyak orang karena dianggap tidak etis dan merendahkan profesi seorang pedagang.
Kronologi insiden bermula ketika para jamaah pengajian meminta Gus Miftah untuk memborong dagangan penjual es teh tersebut.
Alih-alih membeli, Gus Miftah justru menanggapi dengan kata-kata yang mengejutkan.
“Es tehmu sih akeh (masih banyak) nggak? ya sana jual goblok,” ucap Gus Miftah yang langsung disambut tawa dari jamaah yang hadir.
Bahkan, ia meminta pedagang tersebut untuk menerima takdir jika dagangannya tidak laku, “Jual dulu, nanti kalau belum laku ya udah, takdir,” tambahnya.
Ucapan ini memicu kontroversi, karena banyak yang merasa bahwa Gus Miftah telah merendahkan pedagang kecil di depan publik.
Insiden ini langsung menarik perhatian banyak pihak, termasuk Inayah Wahid, putri bungsu almarhum Gus Dur.
Melalui akun media sosial X miliknya, Inayah menyampaikan kritik tajam kepada Gus Miftah terkait sikapnya terhadap pedagang es teh.
Menurutnya, pembelaan diri yang dilakukan oleh Gus Miftah dengan memborong jajanan di tempat lain setelah kejadian tersebut adalah sia-sia.
Inayah Wahid menulis di akun X pribadinya, “Gak ada gunanya kamu sok mborong es tehnya kalau kamu merendahkan beliau di depan publik. Yang wajib itu menjaga harkat martabat sesama manusia, bukan memborong dagangan.”
Kritik tajam ini pun langsung menarik perhatian publik. Inayah juga menambahkan, “Susah emang kalo pemuka agama jalur ngaku-ngaku bukan jalur ngilmu. Lebih mulia dagang es teh daripada dagang agama.”
Inayah, yang dikenal sebagai sosok yang vokal, menilai bahwa sikap merendahkan orang lain di depan publik sangat tidak pantas, apalagi jika dilakukan oleh seorang tokoh agama yang seharusnya menjadi contoh bagi umat.
Ga ada gunanya kamu sok mborong es tehnya kalo kamu merendahkan Beliau di depan publik
Yg wajib itu menjaga harkat martabat sesama manusia, bkn mborong dagangan.
Susah emang kalo pemuka agama jalur ngaku2 bukan jalur ngilmu
Lebih mulia dagang es teh daripada dagang agama.— Inaya Wahid (@inayawahid) December 3, 2024
Setelah video tersebut viral dan menjadi bahan perbincangan publik, Gus Miftah pun merasa perlu untuk meminta maaf.
Dalam penjelasannya, Gus Miftah mengakui bahwa ucapannya saat itu merupakan sebuah candaan yang tidak dimaksudkan untuk menghina.
“Saya memang sering bercanda dengan siapapun. Maka waktu itu, atas candaan kepada yang bersangkutan, saya akan meminta maaf secara langsung,” ungkap Gus Miftah.
Namun, meskipun sudah meminta maaf, banyak netizen yang tetap merasa bahwa kejadian ini menunjukkan sikap yang tidak pantas dari seorang pemuka agama.
Beberapa komentar bahkan mengungkapkan bahwa Gus Miftah tidak menghargai profesi orang kecil seperti penjual es teh, yang berjuang untuk mencari nafkah dengan cara yang halal.
Reaksi netizen terhadap insiden ini pun cukup beragam. Ada yang mendukung permintaan maaf Gus Miftah dan beranggapan bahwa ia hanya sedang bercanda, sementara ada juga yang merasa bahwa candaan tersebut justru merendahkan martabat orang lain.
“Nanti ada nih Ning, statement-statement ngawur ‘gegara digoblokin si M malah dapet berkah,’ khas banget,” tulis seorang netizen.
Ada juga yang berbagi pengalaman buruk saat Gus Miftah diundang untuk mengisi acara di kampung mereka, namun ceramahnya dinilai penuh hinaan terhadap fasilitas yang ada di sana.
Insiden ini menjadi perbincangan hangat karena melibatkan seorang tokoh agama yang dihormati, namun tindakannya justru merendahkan seseorang yang lebih rendah status sosialnya.
Inayah Wahid, sebagai putri bungsu almarhum Gus Dur, yang dikenal dengan pemikiran kritisnya, tidak segan untuk mengungkapkan pendapatnya dan mengecam sikap yang dianggapnya tidak pantas.
Seperti yang disampaikan oleh Inayah, yang lebih mulia adalah menjaga harkat martabat sesama manusia daripada sekadar memborong dagangan.
Gus Miftah pun telah meminta maaf, namun publik tetap mempertanyakan apakah sebuah permintaan maaf cukup untuk menutup luka yang ditinggalkan oleh sikap tersebut.
Entah itu bercanda atau tidak, bagi sebagian orang, yang lebih penting adalah bagaimana seorang pemuka agama menjaga kehormatan dan martabat orang lain, terutama di depan publik.
(anf)
Load more