tvOnenews.com - Perjuangan berat Pratama Arhan untuk bisa dipercaya Shin Tae-yong ke Timnas Indonesia diceritakan oleh ibunya yakni Surati dengan mata berkaca-kaca.
Dia pun tak kuasa menahan haru ketika melihat perjuangan putra bungsunya itu sampai akhirnya selalu dapat kepercayaan bela Timnas Indonesia.
Seperti diketahui, Pratama Arhan memang tak pernah tergantikan posisinya di Timnas Indonesia semenjak Shin Tae-yong mengemban tugas sebagai pelatih pada akhir 2019.
Bahkan, Shin Tae-yong menjadi salah satu pihak yang berperan penting dalam karier Pratama Arhan di luar negeri, termasuk ketika main untuk Suwon FC.
Meski kesulitan mendapat menit bermain di klubnya, namun pelatih Shin Tae-yong tetap memberikan kesempatan bagi Pratama Arhan di timnas Indonesia.
Hal ini bukannya tanpa sebab. Pasalnya, Pratama Arhan memiliki satu keunggulan yang tak dipunya oleh pemain Timnas Indonesia lainnya yakni lemparan jauh.
Terbaru, lemparan jauh Pratama Arhan menjadi assist bagi gol yang diciptakan oleh Thom Haye saat Timnas Indonesia dikalahkan China di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Tidak hanya di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Pratama Arhan sebelumnya juga menjadi bagian Timnas Indonesia dalam beberapa turnamen penting lainnya.
Sebut saja Piala AFF hingga Piala Asia U-23 maupun senior. Pratama Arhan bahkan hampir membawa Timnas Indonesia menorehkan sejarah ke Olimpiade setelah 56 tahun absen.
Namun, jauh sebelum dipercaya oleh Shin Tae-yong ke Timnas Indonesia, perjuangan berat ternyata dilalui oleh Pratama Arhan hingga sampai ke posisi sekarang.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh ibunya yakni Surati. Dengan mata berkaca-kaca, ia lantas bercerita tentang seberapa beratnya perjuangan Pratama Arhan.
Menurut Surati, Pratama Arhan harus menempuh jarak yang cukup jauh demi bisa menimba ilmu sepak bola bahkan sejak anak-anak.
“Memang orang miskin, orang dari desa pula, pinggir hutan dan memang iya mas kami tidak punya apa-apa. Kami orang miskin, anak kami minta sekolah bola itu seminggu tiga kali masuk, dari sini ke Blora kota itu 12 km,” kata Surati dikutip dari Insertlive.
Keahlian Pratama Arhan dalam bermain si kulit bundar bukan datang begitu saja. Sang kakak yakni Dimas Roni Saputra merupakan mantan pemain klub Liga 1, Semen Padang.
Melihat kakaknya yang piawai bermain sepak bola, Surati mengatakan jika Pratama Arhan akhirnya ingin mengikuti langkah saudaranya itu dan bergabung ke SSB di Semarang, Jawa Tengah.
“Kakaknya dulu yang ikut-ikut nganter, terus akhirnya dia kelas tiga masuk SSB itu, terus sampe lulus SD dari Putra Mustika ada seleksi di Semarang, akhirnya dia SMP-nya di sana,” ujarnya.
Barulah setelah menimba ilmu di SSB, bakat Pratama Arhan tercium oleh PSIS Semarang yang memutuskan untuk merekrutnya dan di sanalah dia mulai dipanggil Timnas Indonesia.
“Masuk PSIS seleksi, berapa bulan kemudian dipanggil timnas sampe sekarang. Ibu juga enggak nyangka,” tandas ibu Pratama Arhan.
Di sisi lain, ayah Pratama Arhan yakni Sutrisno turut mengenang perjuangan anaknya sampai akhirnya bisa menjadi pemain penting di Timnas Indonesia.
Sutrisno mengungkapkan bahwa Pratama Arhan dahulu hanya memakai sepatu seharga Rp25 ribu untuk bermain sepak bola lantaran keterbatasan ekonomi dari keluarganya.
“Saya punya uang 25 ribu, saya belikan sepatu di pasar itu dipake jalan langsung jebol. Memang punya uang segitu, jadi belinya (harga) segitu,” pungkas ayah Pratama Arhan, Sutrisno.
(han)
Load more