Akhmad menyilangkan beberapa jenis musang sehingga mendapatkan musang
dengan berbagai jenis dan gen. Saat ini terdapat 10 indukan musang berbagai jenis yang di kembangbiakan ahmad sulistyo.
“Yang saya budidaya ini ada 10 indukan. Bisa panen tiga bulan sekali, dari satu induk bisa beranak tiga ekor sampai empat ekor,” imbuhnya.
Setiap pagi dan sore hari, Akhmad Sulistiyono, warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, membersihkan kotoran di kandang dan memberikan makan serta minum musang peliharaannya di salah satu ruangan rumahnya. Musang atau luwak ini merupakan jenis hewan mamalia pemangsa dari suku viverridae yang mudah ditemui di hutan maupun di pemukiman.
Akhmad Sulistyo mengaku di masa pandemi ini penjualan musang meningkat hingga lima puluh persen dengan omset mencapai belasan juta rupiah per bulan.
“Sebelum pandemi omset sekitar lima sampai enam jutaan rupiah per bulan, pas pandemi naik jadi sepuluh juta sampai sebelasan juta lah,” ujarnya.
Musang atau luwak ini dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp450 ribu rupiah hingga belasan juta rupiah per ekor, tergantung jenis dan warna.
“Kalau yang musang pandan normal sekitar 450 ribu, kalau yang musang Bali silangan sama Lombok sekitar 700 sampai 800 ribu rupiah,” pungkasnya.
Dengan pemasaran lewat media sosial, baik secara online maupun lewat komunitas penggemar musang, Akhmad Sulistyo tak hanya memenuhi permintaan pecinta musang lokal, namun juga mengirimkannya ke berbagai daerah di indonesia. (Abdul Rohim/Buz)
Load more