Jusuf Kalla Membeberkan Warisan dari Almarhum Hamzah Haz untuk Para Politisi Indonesia: Beliau Memberikan...
- Kolase tvOnenews.com/ Antara
tvOnenews.com - Hamzah Haz, Wakil Presiden ke-9 Republik Indonesia, meninggal dunia pada usia 84 tahun.
Kabar duka ini mengingatkan kita akan sosok Hamzah Haz yang lahir di Ketapang pada 15 Februari 1940 dan wafat di Jakarta pada 24 Juli 2024.
Kepergian beliau meninggalkan kesan mendalam bagi banyak orang, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla, yang pernah berkolaborasi dalam pemerintahan.
![]()
Almarhum Hamzah Haz. Sumber: Tim tvOnenews.com/ Antara.
Hamzah Haz dikenal sebagai tokoh Islam yang memiliki prinsip dan dedikasi yang tinggi dalam pengabdian terhadap bangsa dan negara.
Presiden Jokowi menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam atas kepergian Hamzah Haz.
Dalam pernyataannya, Jokowi menyebutkan, "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Telah berpulang ke Rahmatullah tadi pagi almarhum Bapak Dr. Haji Hamzah Haz dalam usia beliau yang ke-84 tahun. Atas nama pemerintah, atas nama bangsa dan rakyat, kami ikut berduka cita yang mendalam. Beliau adalah seorang negarawan yang telah mengabdi untuk bangsa dan negara baik sebagai Wakil Presiden tahun 2001-2004 maupun pengabdian-pengabdian yang lain yang saya kira kita tahu sangat-sangat banyak."
Hamzah Haz bukan hanya dikenal sebagai Wakil Presiden, tetapi juga sebagai seorang pemimpin partai politik yang lama memegang teguh etika berpolitik.
Jusuf Kalla, yang pernah bekerja sama dengan Hamzah Haz, mengungkapkan nilai-nilai kehidupan yang dapat diteladani dari sosok almarhum.
Menurut Jusuf Kalla, Hamzah Haz adalah seorang yang rajin dan mencintai masjid, sebuah nilai yang jarang ditemui dalam kehidupan publik saat ini.
"Beliau ini dikenal sebagai orang yang rajin dan mencintai masjid. Sosoknya itu orang yang berpikir memberikan arah dan juga kepemimpinan yang baik tapi penuh keislaman," ungkap Jusuf Kalla melansir dari Cumicumi.
Ia juga menambahkan bahwa Hamzah Haz memiliki etika politik yang tinggi, selalu berorientasi pada kemajuan bangsa, dan bukan pada kepentingan pribadi.
"Etika. Yang eh, berpolitik dengan etika dengan tujuannya kemajuan bangsa ini, bukan tujuan apa-apa yang selain itu. Ya, beliau melaksanakan itu sebagai ketua partai yang lama, dia pegang teguh," tambahnya.
Load more