tvOnenews.com - Kasus pembunuhan yang melibatkan korban tewas Vina dan Eky kini mulai menemui titik terang. Polisi telah berhasil menangkap salah satu DPO, yakni Pegi Setyawan alias Perong di Bandung, pada Selasa (21/5/2024).
“Tersangka Perong diduga sebagai otak kasus pembunuhan disertai pemerkosaan yang terjadi pada Agustus 2016 silam,” ujar Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Jules Abraham Abast.
Sementara itu, pihak keluarga Pegi mengatakan bahwa tersangka tidak mengenal Vina maupun Eky.
Ibu Pegi Setyawan, Kartini sambil menangis menceritakan pengakuan serta pesan menyakitkan sang anak Pegi terkait kasus Vina Cirebon.
Bahkan saking tak percayanya dengan tuduhan yang diberikan kepada anaknya, Kartini langsung menanyai anaknya.
“Saya tanya ‘Gih apakah kamu pernah melakukan hal sekeji itu? Apa kamu kenal sama Eky dan Vina?’,” ungkap Kartini pada program acara Apa Kabar Indonesia Malam, tvOne, Kamis (24/5/2024).
“Kemudian anak saya menjawab, ‘Demi Allah demi Rasulullah mak, saya tidak kenal yang namanya Eky dan Vina’. ‘Terus saya tidak melakukan hal sekeji itu’. Anak saya menjawab seperti itu,” lanjutnya.
Berdasarkan pengakuan dari ibu Pegi, lantas muncul sebuah spekulasi bahwa polisi melakukan kesalahan dalam penangkapan.
Beberapa pertanyaan pun muncul, seperti rincian penangkapan tersangka Pegi berada di Bandung belum dirilis oleh pihak kepolisian.
Kemudian, sebelum Pegi ditulis sebagai warga Desa Banjarwangunan, Cirebon. Kepala desa setempat tidak menemukan nama tersebut.
Kriminolog, Prof Adrianus Meliala. (tvOne - Kabar Petang)
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam program acara Kabar Petang, tvOne seorang Kriminolog, Prof Adrianus Meliala mengungkapkan tertangkapnya seorang DPO ini bukan karena tingkat kesulitannya, namun karena manajemen SDM polisi yang tidak mau bergerak.
“Yang pertama mengkonfirmasi bahwa 8 tahun dimana kasusnya belum terungkap dalam arti 3 DPO belum tertangkap, itu bukan soal susah, bukan soal sulit tapi lebih kepada soal polisinya nggak mau aja,” ungkap Prof Adrianus Meliala.
“Karena tentu ada soal dengan manajemen sumber daya manusianya. Terbukti ketika sekarang sudah jadi viral menjadi atensi banyak pihak, maka kemudian polisi bisa menangkap satu DPO dan saya yakin dua DPO lainnya tinggal menunggu waktu saja,” sambungnya.
Lalu, mengenai spekulasi polisi yang salah menangkap pelaku, Adrianus mengungkapkan bila sampai terjadi, maka polisi telah melakukan kesalahan terbesar.
“Kalau itu terjadi, saya kira polisi akan masuk dalam kesalahan yang luar biasa tuh kalau sampai dugaan bahwa polisi melakukan peradilan sesat dan kemudian diulangi lagi dengan menangkap orang yang bukan DPO, saya kira itu kebodohan,” katanya.
“Saya yakin polisi tentu akan menghindar atau tidak akan melakukan kebodohan tersebut,” lanjutnya.
Ketika ditanya mengenai potensi salah tangkap, Kriminolog ini mengatakan tentu pihak kepolisian memiliki petunjuk yang kuat hingga dapat menangkap tersangka Pegi.
“Saya kira polisi punya satu petunjuk yang luar biasa kuat, yang berasal dari 6 orang yang masih menjadi narapidana. Dimana akan jauh lebih kredibel dibandingkan dengan dua orang yang sudah keluar ini,” jelasnya.
“Orang yang menjalani hukuman seumur hidup, maka tentu dia akan menjawab apa adanya saja. Tidak ada keraguan atau tidak ada keberatan sama sekali sehingga bisa memberikan keterangan yang apa adanya kepada kepolisian,” terusnya. (Kmr)
Load more