Hadiri Beijing International Film Festival, Produser Film Lafran Ungkap Harapan Besar Perfilman Indonesia
- Antara
Celerina yang akrab disapa Ayie, juga menyampaikan bahwa Indonesia ke depan pun mampu membuat forum seperti ini agar kemajuan film di Indonesia lebih dikenal lagi oleh dunia dan ekosistem perfilman semakin maju.
Adapun Beijing International Film Festival (BJIFF) pertama kali diselenggarakan pada tahun 2011. Tahun ini, BJIFF dipimpin oleh China Film Administration dalam kerja sama dengan berbagai badan pemerintahan tingkat nasional dan daerah, juga dengan pihak privat.
Film Lafran
Sementara itu Film Lafran adalah film biopik tentang pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pahlawan Nasional, Lafran Pane (Dimas Anggara), ini diawali sejak Lafran kecil (Nabil Lungguna), yang cerdas namun kurang disiplin.
Lafran tumbuh menjadi pemberontak dan pindah ke pelbagai sekolah, bahkan sempat menjadi petinju jalanan.
Sementara abangnya, pujangga Sanusi Pane (Aryo Wahab), dan Armijn Pane (Alfie Afandi), mendorong Lafran agar energinya disalurkan dalam bentuk karya.
Saat pendudukan Jepang, Lafran sempat ditahan karena membela para peternak sapi. Ia kemudian dibebaskan setelah ayahnya menebus dengan menyerahkan bus Sibual-buali kepada tentara Jepang.
Semasa kuliah di Jogjakarta, Lafran gelisah melihat kaum muslim terpelajar yang terlalu larut dalam pemikiran sekular, dan melupakan ibadah.
Ia pun mendirikan HMI sebagai wadah untuk berjuang dalam bingkai keislaman dan keindonesiaan serta nonpolitik. Didukung oleh kekasihnya, Dewi (Lala Karmela), ia pun merelakan HMI dipimpin mahasiswa yang bukan dari Sekolah Tinggi Islam (STI), sebelum kemudian meminta MS Mintaredja (Firandika) dari UGM untuk memimpin HMI.
Ucapan "Saya Lillahi Taala untuk Indonesia..." dari Lafran Pane, sosok yang memiliki daya magis kuat, kini menjadi perekat kuat bagi organisasi yang dibentuknya, Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI).
Sejak didirikan pada 5 Februari 1947, HMI telah menjelma menjadi organisasi mahasiswa Islam yang memberikan kontribusi besar dalam memperkuat fondasi keislaman dan keindonesiaan.
Selama 76 tahun, HMI telah menjadi penjaga dua nilai agung, yaitu nilai keumatan dan kebangsaan.
Ini membuka jalan bagi terwujudnya Islam yang rahmatan lil 'alamin, sebuah Islam yang ramah, toleran, dan menghargai persatuan serta perdamaian. (ant/ree)
Load more