tvOnenews.com - Kisah H. Mohammad Jusuf Hamka, jauh sebelum menjadi pengusaha jalan tol dengan penghasilan fantastis.
Jusuf Hamka adalah seorang mualaf berdarah tionghoa, yang memutuskan masuk Islam pada usia 23 tahun.
Menilik perjalanan spiritual Jusuf Hamka yang memutuskan jadi mualaf dan bertemu dengan Buya Hamka, dirinya juga merupakan anak ideologis dari Buya Hamka.
Kisah masa kecil Jusuf Hamka. (kolase tvOnenews)
Pria kelahiran 5 Desember 1957 ini akrab disapa dengan Babah Alun, ia menjabat orang nomor satu di perusahaan jalan tol PT. Citra Marga Nusaphala Persada.
Meski menjadi bos jalan tol, tak membuatnya menikmati kekayaan seorang diri, Babah Alun dikenal dengan sifat dermawan dan senang membantu orang lain.
Bahkan, ia memiliki cita-cita untuk membangun 1000 masjid dan salah satunya berhasil diwujudkannya yakni Masjid Babah Alun, yang berlokasi di pinggir Tol Depok-Antasari (Desari) Kota Jakarta Selatan.
Mantan jawa pasar baru ini juga membuka warung nasi kuning podjok halal, di mana seporsi nasinya hanya Rp3 ribu, pembeli bahkan bisa mengambil sepuasnya.
Dirinya juga sering membagikan nasi gratis bagi masyarakat kurang mampu.
Muhammad Jusuf Hamka diketahui memiliki jabatan Komisaris Utama PT. Mandara Permai; Komisaris PT. Indosiar Visual Mandiri; Komisaris Independen PT. Indomobil Sukses International Tbk; Komisaris PT. Citra Margatama Surabaya; dan Komisaris PT. Mitra Kaltim Resources Indonesia.
Dilansir dari berbagai sumber, harta kekayaan Jusuf Hamka mencapai Rp15 Triliun.
Kisah masa kecil Jusuf Hamka
Jusuf Hamka. (Tim tvOne/Rika Pangesti)
Jusuf Hamka menceritakan kisah masa kecilnya, pada waktu itu sangat bercita-cita sebagai tukang parkir.
Alasannya adalah ketika pergi ke sekolah dan melewati Metro Pasar Baru Jakarta, pada saat itu banyak teman-temannya yang ikut parkir sekitaran belakang bangunan Metro Pasar Baru tersebut.
"Terus saya bilang, eh elu dapat berapa duit? seharian dapat 10.000 sampai 15.000, hari itu 1 mangkok Bakmi cuman 300 perak. 33 mangkok men 1 hari saya paling makan 2 mangkok sama sarapan 1, masih ada lebih 30," ucapnya yang dilansir dari tayangan Youtube CURHAT BANG Denny Sumargo.
"Mimpinya itu doang, nggak lebih," tambahnya.
Pada usia 15 tahun, bermimpi sebagai tukang parkir. Di kala itu hanya jualan gorengan, jualan es mambo.
"Saya bukan orang kaya, ibu bapak saya Guru, Dosen bapak saya, ibu saya guru. Tapi belakangan saya melihat gini, uang jajan saya kan terbatas," ujarnya.
Sebagai siswa dengan uang jajan yang terbatas. Ia mencari cara menyiasati cari penghasilan.
Jusuf kecil ditawari oleh temannya untuk membantu dagang jual es mambo dari ibunya. Sepulang sekolah telah berjualan es mambo dan asongan yang berisi kacang goreng.
Dirinya pun seharusnya mendapat untung 10 perak dari dagangan yang dijajakan. Tetapi, malah hasil akhirnya mendapat 120 perak hingga membuat temannya heran.
"Itu orang beli, duitnya dikembaliin nggak mau, dilebihin duitnya kayak tip, kayak sedekahlah buat saya, karena saya jualannya di Masjid Istiqlal, " ucapnya.
Jusuf Hamka kecil pun mengaku bahwa pada saat itu dirinya mendapat hoki atau barokah saat berjualan di sekitaran Masjid Istiqlal.
Pada saat itu juga, Jusuf Hamka mengaku belum muslim.
Disinggung oleh Denny Sumargo, apakah saat itu Jusuf Hamka tidak malu, dengan tegas Bos Jalan Tol itu menyatakan tidak malu.
"Sekarang saja tidak malu," tuturnya.
"Ada filosofis saya, gengsi makan biaya, kalau ini gengsi akhirnya tidak punya biaya kalau malu. Gengsi itu makan biaya jadi buat apa kita malu-malu atau gengsi," ungkapnya.
"Selama kita nggak mencuri, selama kita nggak menipu, kenapa harus malu? halal-halal saja dan sah-sah saja," tambahnya. (ind)
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini
Load more