Ini Keunikan Lima Makanan Tradisional di Yogyakarta yang Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda
- Tim tvOne - Nuryanto
![]()
Kotagede tidak hanya terkenal dengan kawasan heritagenya, namun juga terkenal juga dengan kuliner tradisional yang penuh dengan filosofinya. Selain kipo dan kue kembang waru, ada satu lagi makanan khas Kotagede yaitu legomoro.
Dikutip dari gudeg.net, legomoro serupa dengan lemper, yaitu makanan yang berasal dari ketan dengan isian daging ayam yang dibungkus dengan daun pisang. Yang menjadi pembedanya adalah cara membungkusnya, kalau lemper biasanya menggunakan daun pisang dan lidi di sisi kanan dan kiri sedangkan Legomoro menggunakan daun pisang yang diikat dengan tali bambu. Cara mengikatnya pun juga ada unik, ada yang menggunakan dua tali dan tiga tali.
Makanan yang satu ini bisa kita jumpai pada perhelatan pernikahan, biasanya dipergunakan sebagai hantaran dari pihak laki-laki untuk pihak perempuan. “Lego” yang berarti lega dan “Moro” yang berarti datang, sehingga bermakna hati yang lega karena sudah datang ke mempelai perempuan. Datang dengan ikhlas dan yang menerimapun dengan ikhlas pula.
Di Kotagede sendiri yang membuat legomoro bisa dihitung dengan jari, sekitar 2-3 orang pembuat legomoro. Salah satunya adalah Ibu Sarjimah, pembuat legomoro yang beralamatkan di Selokraman 1052/KGIII, RT.49/11 Purbayan, Kotagede, Yogyakarta.
Perempuan paruh baya ini, sudah membuat legomoro sejak tahun 70an. Legomoro yang dibuatnya berbeda dengan yang lainnya, tali bambu yang dipergunakan ada tiga sedangkan di tempat lain hanya menggunakan dua tali bambu, isian ayamnya pun terhitung lebih banyak dari yang legomoro yang lainnya. Sarjimah hanya membuat legomoro apabila ada pesanan.
“karena membuat legomoro ini lebih lama, perbandingannya satu legomoro sudah bisa jadi 3 lemper,” tuturnya.
3. Songgo Buwono
![]()
Songgo Buwono adalah makanan tradisional khas Kota Yogyakarta. Songgo berarti menyangga, buwono artinya langit atau kehidupan. Jadi, songgo buwono memiliki makna penyangga kehidupan.
Dikutip dari setneg.go.id, kudapan ini menjadi spesial karena songgo buwono termasuk makanan kelas atas. Mengapa? Karena makanan pembuka ini lahir di Keraton Yogyakarta. Sultan Hamengkubuwono VIII-lah yang menginspirasi pembuatan makanan ini sehingga, makanan ini dapat juga disebut sebagai makanan priyayi. Pada zaman Kesultanan Yogyakarta dahulu, kue ini disajikan pada hajat tertentu, misalnya perayaan pernikahan keraton.
Load more