Kisah Sedih di Hari Minggu, Saat Ajal Menjemputku, Pesan Terakhir Rani Andriani, Sebelum dieksekusi Mati
- instagram.com
Namun, entah mengapa permohonan grasi mereka baru diputuskan saat periode Jokowi. Grasi yang diajukan oleh Rani ditolak Presiden Jokowi melalui putusan Keppres 27/G 2014.
Pesan Terakhir Rani menjelang Hukuman Mati di Tangan Regu Tembak
Rani Andriani memiliki pesan terakhir menjelang eksekusi mati dirinya di lapas Nusakambangan. Sesuai permintaannya sebelum detik-detik ajal menjemputnya, Rani Andriani berpesan bahwa ia ingin dikebumikan di samping makam sang ibunda di Cianjur.
Rani Adriani yang kala itu berusia 40th juga membuat sebuah surat wasiat. Surat wasiat itu kemudian ditujukan bagi keluarga dan kekasih Rani yang tidak diketahui namanya.
Pembuatan surat wasiat itu diketahui oleh sang adik, Popi saat menjenguk Rani di Lapas Nusakambangan. Dalam pertemuan tersebut, Popi tidak dapat menahan rasa sedih saat melihat wajah kakaknya, Rani.
Namun sang adik dan sepupunya tidak mengetahui apa isi surat wasiat yang dibuat oleh Rani.
Rani Andriani kala itu menjalani hari-hari akhirnya di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang, Banten. Membayangkan datangnya hari eksekusi mati tiba kepadanya.
Namun perjuangan Rani tak berhenti sampai disitu, ia kemudian memilih tak menyerah terhadap takdir dan putusan vonis hakim.
Rani juga melakukan berbagai upaya hukum untuk membantu bebas dari jeratan vonis hukuman mati dan menuliskan pesan wasiat kepada kedua orang tuanya.
Rani berpesan jikalau vonis mati tidak bisa berubah, orang tuanya bisa menerima, dan tabah atas takdir yang menimpa Rani.
Rani juga meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia atas kesalahannya semasa hidup.
Takdirpun harus dihadapi Rani Andriani, hidupnya harus berakhir di tangan regu tembak pada hari Minggu (18/1/2015) dini hari sekitar pukul 00.00 WIB.
Dalam pesan terakhirnya Rani meminta untuk dimakamkan di samping makam ibunya di Desa, Ciranjang, Cianjur.
(udn)
Load more