Pengamat Aviasi Beri Tips Kunci Industri Penerbangan di Era Baru: Persaingan, Efisiensi, dan Strategi Merger
- Istockphoto
tvOnenews.com - Industri penerbangan dunia terus mengalami perkembangan pesat dalam dua dekade terakhir. Kemajuan teknologi, meningkatnya kebutuhan transportasi udara, hingga persaingan maskapai yang semakin ketat membuat sektor ini dituntut untuk selalu berinovasi.
Penerapan teknologi ramah lingkungan seperti pesawat berbahan bakar efisien, pemanfaatan energi hijau di bandara, hingga layanan digitalisasi dalam reservasi dan check-in menjadi contoh nyata bagaimana industri ini beradaptasi dengan kebutuhan zaman.
Di sisi lain, pandemi yang sempat melumpuhkan dunia penerbangan beberapa tahun lalu menyisakan tantangan besar.
Banyak maskapai global harus melakukan restrukturisasi agar tetap bertahan. Namun, kondisi ini juga melahirkan peluang baru, seperti munculnya maskapai bertarif rendah (low-cost carrier) yang semakin diminati masyarakat.
Strategi efisiensi operasional serta menjaga kualitas layanan kini menjadi kunci agar maskapai tetap kompetitif di tengah biaya operasional yang terus meningkat.
Di Indonesia sendiri, industri penerbangan memainkan peran vital sebagai penghubung antardaerah dan penggerak perekonomian nasional.
Dengan geografis kepulauan yang luas, kebutuhan transportasi udara selalu tinggi. Namun, tantangan seperti regulasi tarif batas atas (TBA), fluktuasi harga avtur, serta persaingan antar-maskapai membuat industri ini harus dijalankan dengan strategi yang matang.
Salah satu isu yang kini mencuat adalah wacana merger antara dua maskapai besar di tanah air, yang menuai pro dan kontra dari para pengamat.
Pengamat Aviasi Nilai Garuda Perlu Berdiri di Atas Kakinya Sendiri
Pengamat aviasi nasional, Gerry Soejatman, menanggapi isu potensi merger antara Garuda Indonesia dan Pelita Air. Ia menegaskan ketidaksetujuannya dengan rencana tersebut karena dinilai tidak sejalan dengan kebutuhan pasar saat ini.
“Saya kurang setuju. Garuda butuh melanjutkan recoverynya, dan sektor domestik butuh kompetisi,” ujar Gerry, Rabu (17/09/265).
Menurutnya, meski pemerintah belum bersedia menyesuaikan TBA dengan kondisi biaya operasional yang meningkat, persaingan tetap penting demi menjaga keseimbangan pasar. Gerry menilai kehadiran Pelita Air telah mampu menjawab kebutuhan kompetisi domestik dengan kinerja yang stabil.
“Karena kebijakan pemerintah yang enggan mengubah TBA agar disesuaikan dengan kondisi sekarang, ya mau gak mau kompetisi tersebut harus diadakan meskipun menggunakan anak perusahaan BUMN lain, dan Pelita memenuhi kebutuhan tersebut dengan prestasi yang bagus dan keuangan yang stabil,” jelas Gerry.
Lebih lanjut, Gerry menyarankan agar Garuda Indonesia tetap fokus menjalankan business plan tanpa terlalu bergantung pada intervensi pemerintah melalui merger.
“Garuda mending fokus sama business plan dia, dan Pelita tetap menjadi maskapai yang growth-nya konservatif dengan mengedepankan kualitas produk dan bukan national pride, sebagai back up kalau Garuda gagal keluar dari kondisi sekarang,” tambah Gerry.
Ia juga mengingatkan bahwa persoalan Garuda Indonesia tidak bisa diselesaikan hanya dengan tambahan modal atau penggabungan usaha.
“PR Garuda itu banyak banget, dan solusinya tidak bisa dengan hanya diberi uang dan merger dengan airline BUMN lain. Kalau Garuda gagal pull out dari masalah mereka,” pungkasnya.
Pernyataan Gerry menunjukkan bahwa industri penerbangan membutuhkan lebih dari sekadar langkah instan. Efisiensi operasional, inovasi layanan, dan keberanian mengeksekusi rencana bisnis diyakini menjadi kunci agar Garuda Indonesia bisa bangkit dan bersaing, baik di pasar domestik maupun internasional. (udn)
Load more