Fenomena Umrah Suka-suka Kian Populer, Perjalanan Ibadah Tetap Fleksibel, Aman dan Nyaman
- Istockphoto
tvOnenews.com - Beberapa tahun terakhir, tren umrah mandiri semakin marak di Indonesia. Dengan memanfaatkan kemudahan teknologi dan akses informasi, sebagian jemaah memilih mengatur sendiri keberangkatan mereka, mulai dari berburu tiket promo, memesan hotel secara daring, hingga mengurus visa tanpa bantuan penyelenggara resmi.
Motivasi utamanya adalah efisiensi biaya dan kebebasan menentukan jadwal perjalanan. Bagi sebagian orang, konsep ini dianggap memberi sensasi “perjalanan spiritual ala backpacker” yang hemat dan fleksibel.
Namun, di balik daya tarik tersebut, umrah mandiri menyimpan tantangan besar. Tanpa dukungan penyelenggara berizin, jemaah rentan menghadapi kendala administratif seperti pemeriksaan visa yang lebih ketat, risiko penolakan masuk, hingga potensi deportasi.
Bahkan, beberapa kasus mencatat jemaah terlantar di bandara karena masalah teknis atau dokumen yang tidak sesuai aturan.
Situasi ini mendorong Kementerian Agama menegaskan bahwa praktik umrah nonprosedural melanggar UU No. 8 Tahun 2019 dan dapat merugikan jemaah secara finansial maupun psikologis.
Di sisi lain, kelebihan umrah mandiri tetap menarik perhatian kalangan tertentu. Fleksibilitas memilih maskapai, lama tinggal, dan destinasi tambahan menjadi nilai jual yang sulit diabaikan.
Terlebih bagi masyarakat urban yang melek teknologi dan terbiasa memesan perjalanan sendiri.
Namun, agar aman dan nyaman, dibutuhkan solusi yang bisa menggabungkan kemandirian jemaah dengan perlindungan hukum serta layanan profesional.
Salah satu pendekatan yang kini mulai dilirik adalah konsep Umrah Suka Suka yang memadukan kebebasan memilih dengan pendampingan resmi.
Model perjalanan Umrah Suka Suka hadir sebagai alternatif bagi jemaah yang menginginkan kebebasan seperti umrah mandiri, tetapi tetap dalam jalur prosedural.
Skema ini memungkinkan calon jemaah memilih tanggal keberangkatan, maskapai, durasi perjalanan, hingga tambahan destinasi wisata.
“Umrah bukan semata ritual, melainkan menata hati secara spiritual. Konteksnya tidak sesempit murah atau mahal, melainkan bagaimana menjadikan perjalanan ini berharga dan bermakna,” ujar Nuryadin Yakub, Jazira Wisata.
Data APAC Markets Saudi Tourism mencatat, pada 2023 Indonesia memberangkatkan 1,5 juta jemaah umrah, dan jumlah itu naik menjadi 1,8 juta pada 2024 menurut Kementerian Haji Arab Saudi.
Menariknya, Sistem Komputerisasi Pengelolaan Terpadu Umrah dan Haji Khusus (SISKOPATUH) hanya merekam 1,4 juta keberangkatan melalui Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU).
Ini berarti sekitar 400 ribu jemaah berangkat lewat jalur nonresmi, angka yang menunjukkan tingginya minat umrah mandiri, sekaligus risiko yang mengiringinya.
“Otoritas Saudi memudahkan jemaah umrah Mulai penerbitan visa elektronik hingga fitur terbaru aplikasi Nusuk yang bisa mengakses layanan tanpa koneksi internet. Intinya, jangan nekat ibadah kucing-kucingan tanpa pendampingan travel berizin dan resmi. Layanan Umrah Suka Suka Jazira Wisata ini kompromistis," tambahnya.
Penyelenggara resmi umrah menegaskan bahwa jalur prosedural tidak hanya meminimalkan risiko visa dan deportasi, tetapi juga memberi rasa aman selama perjalanan.
Bahkan dengan adanya teknologi seperti penerbitan visa elektronik dan aplikasi Nusuk yang dapat diakses tanpa internet, jemaah tetap dianjurkan melakukan perjalanan bersama pihak berizin untuk menghindari kendala di lapangan.
Konsep Umrah Suka Suka memberi keleluasaan seperti memesan penerbangan dengan maskapai internasional pilihan, mulai dari Emirates, Qatar Airways, hingga Etihad, serta menyesuaikan jadwal sesuai kebutuhan, baik untuk perjalanan keluarga, pasangan, maupun solo traveler.
Konsumen kosmopolit yang terbiasa dengan wisata halal akan merasakan pengalaman lebih personal, tetapi tetap dilengkapi pendampingan profesional.
Layanan seperti konsultasi daring 24 jam, opsi upgrade hotel mendadak, hingga penyesuaian itinerary wisata menjadi nilai tambah yang membedakan pendekatan ini.
Bahkan, beberapa penyelenggara membalik konsep “umrah plus tur” menjadi “tur plus umrah”, di mana jemaah diajak menikmati destinasi seperti Turki, Eropa, Aqso, Dubai, Mesir, Maroko, Uzbekistan, atau Balkan sebelum akhirnya menunaikan umrah dengan lebih khusyuk.
Wakil Ketua Umum DPP Afiliasi Mandiri Penyelenggara Umrah Haji (AMPUH) juga menyoroti rencana Menteri Agama untuk membuka jalur umrah via laut menggunakan kapal pesiar syariah seperti Aroya Islamic Cruise.
Jika terwujud, opsi ini bisa menjadi daya tarik baru bagi konsep *Umrah Suka Suka*, sekaligus memperluas pilihan perjalanan bagi jemaah yang menginginkan pengalaman ibadah sekaligus wisata berkesan.
Load more