Mereka disarankan menghindari makanan mengandung glutten, karena akan semakin memperparah kondisinya sehingga harus mencari pengganti tepung. Menurut Juwalita, akan sangat sulit bila mereka benar-benar tidak makan sesuatu yang sederhana dan mudah didapat, tetapi tidak mengandung glutten.
Glutten sendiri merupakan protein dan tidak semua orang bisa mencerna dengan baik protein itu di saluran cernanya sehingga mencetuskan berbagai reaksi. Bila terkait saluran cerna maka keluhan yang bisa dialami seperti diare dan sakit perut. Sementara keluhan yang tidak terkait dengan saluran cerna misalnya sakit kepala dan nyeri-nyeri di badan usai menyantap produk mengandung tepung.
Juwalita mengingatkan, prinsip makanan sehat juga harus gizi seimbang. Pada orang di usia produktif khususnya, kurang serat bisa menimbulkan keluhan seperti sulit BAB, gula darah tidak terkontrol, kolesterol tinggi.
Oleh karena itu, mereka harus mencari makanan alternatif makanan yang mudah didapat tetapi nilai nutrisinya baik, sembari harus bisa menghindari makanan-makanan dengan lemak jenuh seperti dari daging merah.
Singkong termasuk pangan dengan sederet nilai gizi. Sebanyak 100 gram singkong matang misalnya, mengandung sekitar 1,5 gram protein; 3 gram lemak, 2 gram serat, 40 gram karbohidrat, 2 gram serat, 20 persen vitamin C yang memainkan peran dalam sebagai antioksidan, produksi kolagen hingga meningkatkan imunitas.
Menurut Juwalita, hadirnya produk berbahan dasar singkong dengan label bebas glutten akan sangat membantu mereka dengan masalah glutten.
“Dari nilai nutrisinya, karena berbahan singkong, seratnya pasti lebih tinggi. keunggulan lain vitamin dan mineral lebih tinggi dibandingkan terigu biasa. Kita harus berpikir ketika orang ingin hidup sehat tetapi mobilitas tinggi maka harus berpikir produk yang mudah didapat tetapi nilai nutrisinya baik,” demikian kata dia. (ant/mii)
Load more