Jengkol menjadi salah satu makanan favorit bagi orang Indonesia. Makanan yang hanya dikonsumsi di Indonesia, yang diolah dengan berbagai macam masakan khas. Mulai dari masak rendang, semur hingga balado.
Menurut Dokter Spesialis Gizi, dr. Marya Haryono, M.Gizi, Sp.GK., pada kenyataannya jengkol mengandung sumber energi yang baik dan cukup besar bagi kebutuhan tubuh.
Sama seperti pete, jengkol memiliki aroma khas namun mengandung sumber energi yang cukup, protein, serta antioksidan.
“Pete ada energi yang cukup, protein, vitamin c, kalium yang banyak dan mengandung antioksidan. Kalau jengkol mengandung sumber energi cukup kira-kira 100 gram menyerupai 100 gram nasi. Asupan protein jadi bertambah. Selain itu ada juga antioksidan,” ungkap dokter Marya Haryono dalam program acara Hidup Sehat Plus, tvOne.
Dokter Marya mengungkapkan dengan manfaat tersebut, pete dan jengkol mampu mencukupi kebutuhan dalam tubuh. Ditambah lagi dengan kandungan serat yang cukup tinggi sehingga semakin baik untuk kesehatan pencernaan.
“Jadi kalau hanya lihat manfaatnya saja, ada antioksidan juga, yang pasti baik bagi pembuluh darah kita. Belum lagi campuran serat yang baik bagi penyandang diabetes. Tetap harus ingat prinsip gizi seimbang.” Ujarnya.
Pada semestinya, gizi yang seimbang harus ditekan supaya masyarakat tidak berlebihan mengkonsumsi jengkol dan pete. Sebab, pete memberikan dampak yang dapat memicu perut tidak nyaman bila dikonsumsi secara berlebihan karena mengandung serat yang tinggi.
Berbeda dengan jengkol, bila dikonsumsi secara berlebihan akan berdampak dalam jangka panjang.
“Jengkol, efek sampingnya mengandung asam jengkolat. Asam jengkol ini pengganggu fungsi ginjal karena sifatnya asam dan rentan membuat perlukaan di ginjal sehingga rasa nyeri atau timbul kencing berdarah atau terganggu buang air kecilnya,” pungkasnya.
Selain itu, Prof. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM dalam cuitan di akun Twitternya, asam jengkolat dapat mengkristal yang bisa menyumbat aliran air kencing.
Dampak yang disebutkan berkaitan dengan asumsi masyarakat mengenai masalah jengkolan.
Untuk mengatasi urine yang susah keluar akibat jengkolan, dapat mengkonsumsi air soda.
“Untuk mengatasi jengkolan, seseorang harus diberi air soda. Diharapkan sifat basa dari air soda dapat menetralisir asam jengkolat. Selain itu, minum air putih dalam jumlah banyak juga baik. Tujuannya agar kristal jengkolat larut dan keluar bersama urine,” ungkap Prof. Zubairi.
Kemudian, gejala ringan jengkolat juga perlu diwaspadai. Apabila terjadi penyumbatan air kencing secara berkala akan berbahaya bagi ginjal.
Urine yang tidak lancar meningkatkan risiko infeksi saluran kemih dan pembengkakan ginjal yang akhirnya berisiko terkena gagal ginjal.
“Jika infeksi berlangsung lama, maka dapat menimbulkan kerusakan permanen pada ginjal,” terusnya.
Apabila mengalami gejala tersebut, akan lebih baik bila segera untuk menemui dokter agar mendapatkan tindakan lebih lanjut. (Kmr)
Load more