Hipertensi Bisa Sebabkan Brain Fog? Begini Penjelasan Hubungan Tekanan Darah Tinggi dan Konsentrasi Otak
- Freepik
tvOnenews.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering kali dianggap hanya berkaitan dengan risiko penyakit jantung dan stroke.
Kemudian, muncul pertanyaan, apakah hipertensi juga bisa menyebabkan brain fog, yaitu kondisi ketika otak terasa lambat berpikir, sulit fokus, dan mudah lupa?
Dalam tayangan YouTube Good Talk TV, dr. Hans Tandra menjelaskan hubungan antara tekanan darah tinggi dan penurunan fungsi otak yang sering dikenal sebagai brain fog.
Menurutnya, hipertensi memang dapat mempermudah terjadinya brain fog, terutama karena gangguan aliran darah menuju otak.
Aliran Darah Otak Terganggu karena Tekanan Darah Tinggi
Dr. Hans menjelaskan, tekanan darah tinggi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil di seluruh tubuh, termasuk di otak.
“Begitu aliran darah terganggu, sirkulasi ke otak juga terganggu,” jelasnya.
Otak manusia membutuhkan pasokan darah yang stabil untuk membawa oksigen dan nutrisi penting.
Jika pembuluh darah menyempit atau rusak akibat hipertensi, suplai oksigen ke jaringan otak menjadi tidak optimal.
Akibatnya, seseorang bisa mengalami penurunan konsentrasi, pelupa, atau berpikir lebih lambat, gejala yang dikenal sebagai brain fog.
Lebih jauh, kondisi ini juga meningkatkan risiko stroke dan gangguan kognitif jangka panjang.
Bahkan sebelum stroke terjadi, penderita hipertensi dapat menunjukkan gejala awal berupa lambat berpikir, mudah bingung, dan kesulitan menyelesaikan tugas sederhana.
Menurut dr. Hans Tandra, brain fog tidak hanya dipicu oleh hipertensi. Kondisi medis lain seperti kolesterol tinggi, diabetes, dan obesitas juga dapat memperburuk gangguan fungsi otak.
Semua faktor tersebut berkontribusi pada kerusakan pembuluh darah yang berperan penting dalam menjaga kesehatan otak.
“Orang yang kegemukan, perokok, atau sering minum alkohol, itu semua bisa merusak pembuluh darah otak,” ujar dr. Hans.
Ia menegaskan, ketika pembuluh darah otak terganggu, dampaknya bisa bermacam-macam. Jika aliran darah tersumbat ke bagian motorik, seseorang bisa mengalami stroke; jika ke bagian sensorik, muncul gejala mati rasa atau kebas.
Namun, bila gangguan terjadi di area otak yang mengatur daya ingat dan kognisi, maka gejalanya adalah menurunnya daya pikir, memori, dan konsentrasi. Inilah yang kemudian dikenal sebagai brain fog, fase awal sebelum munculnya gangguan serius seperti pikun atau demensia.
Gejala Brain Fog yang Perlu Diwaspadai
Masyarakat sering kali tidak menyadari bahwa gejala sederhana bisa menjadi tanda awal brain fog akibat hipertensi. Menurut dr. Hans, tanda-tanda tersebut meliputi:
- Sulit fokus saat bekerja atau belajar.
- Mudah lupa terhadap hal-hal sederhana.
- Merasa lambat dalam berpikir atau mengambil keputusan.
- Mudah lelah secara mental meski tidak banyak beraktivitas.
- Bingung atau telat merespons percakapan.
Kondisi ini bisa datang dan pergi, namun jika terus dibiarkan tanpa pengendalian tekanan darah, risiko gangguan otak permanen akan meningkat.
Dr. Hans menekankan bahwa pengendalian tekanan darah merupakan langkah utama untuk mencegah brain fog dan penyakit serius lainnya.
“Kendalikan tekanan darah dengan obat yang benar, turunkan lemak dan gula dengan pola hidup sehat, maka pembuluh darah kita akan aman,” ujarnya.
Ia menyarankan penderita hipertensi untuk minum obat secara rutin, seperti amlodipin yang sering diresepkan untuk menjaga tekanan darah tetap stabil.
Selain itu, perubahan gaya hidup sangat penting dilakukan, termasuk:
- Mengurangi konsumsi garam dan makanan tinggi lemak jenuh.
- Berhenti merokok dan menghindari alkohol.
- Rajin berolahraga ringan seperti jalan kaki, yoga, atau bersepeda.
- Tidur cukup dan mengelola stres dengan baik.
Dengan kebiasaan hidup yang sehat, aliran darah ke otak dapat terjaga, sehingga fungsi otak tetap optimal dan risiko brain fog bisa ditekan.
Menurut dr. Hans Tandra, hasilnya nyata ketika seseorang benar-benar berkomitmen menjalani pola hidup sehat: tubuh menjadi segar, pikiran lebih jernih, dan pembuluh darah otak tetap berfungsi baik.
Dengan kata lain, menjaga tekanan darah bukan hanya melindungi jantung, tapi juga menjaga kejernihan berpikir dan ketajaman otak sepanjang hidup. (adk)
Load more