Tips Mengolah Limbah Tahu Jadi Bahan Irigasi Pertanian, Solusi Ramah Lingkungan Bisa Turunkan Polusi Organik
- Istockphoto
tvOnenews.com - Pengelolaan limbah industri makanan menjadi tantangan besar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk pada sektor pengolahan kedelai. Salah satu yang paling banyak menyumbang limbah organik adalah industri tahu.
Proses produksi tahu menghasilkan limbah cair dengan volume tinggi dan kandungan organik yang pekat. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah ini bisa mencemari air sungai, menurunkan kualitas lahan pertanian, dan menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat sekitar.
Di sejumlah daerah, solusi ramah lingkungan telah diterapkan untuk mengatasi masalah ini. Contohnya adalah pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal.
Sistem ini memungkinkan limbah cair dari banyak produsen tahu ditampung dalam satu instalasi, lalu diolah sehingga kadar pencemarannya berkurang signifikan. Hasil air olahan bahkan bisa dimanfaatkan kembali, misalnya untuk irigasi atau digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Selain IPAL, penerapan teknologi fitoremediasi juga menjadi cara efektif untuk meminimalisasi dampak limbah tahu. Melalui pemanfaatan tanaman air seperti eceng gondok, kandungan zat organik berbahaya dalam limbah dapat diserap secara alami.
Kombinasi antara teknologi modern dan metode alami ini terbukti mampu mengurangi beban pencemaran, sekaligus membuka peluang pemanfaatan limbah sebagai energi alternatif atau pupuk organik yang bermanfaat bagi petani.
Persoalan limbah tahu juga dihadapi Kabupaten Jombang, Jawa Timur, yang dikenal sebagai salah satu sentra industri tahu terbesar. Terdapat 88 pabrik tahu di Kecamatan Jogoroto yang setiap harinya mengolah sekitar 84 ton kedelai.
Dari jumlah itu, dihasilkan limbah cair sekitar 1.260 meter kubik per hari dengan kandungan Biological Oxygen Demand (BOD) mencapai 4.200 kilogram per hari. Tanpa pengolahan, volume ini jelas menimbulkan pencemaran serius.
Menjawab tantangan tersebut, program Kampung Pangan "Bersinar" (Berwawasan Lingkungan, Higienis, dan Tenar) pun diluncurkan. Program ini tidak hanya fokus pada peningkatan kualitas produksi tahu, tetapi juga menekankan pentingnya pengelolaan limbah berkelanjutan.
Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah pembangunan IPAL Komunal yang mampu menampung limbah dari puluhan pabrik tahu sekaligus.
Hasilnya cukup signifikan. Melalui sistem IPAL, kadar BOD yang semula 4.200 kilogram per hari dapat ditekan hingga tinggal 960 kilogram per hari. Artinya, pencemaran organik berhasil ditekan hingga lebih dari 77 persen, sehingga air buangan menjadi lebih ramah lingkungan.
Load more