Ribuan Pasien Anak dari Daerah Sulit Dapat Tempat Tinggal Saat Berobat ke Jakarta, Rumah Singgah Jadi Harapan
- tvOne - sandi irwanto
Jakarta, tvOnenews.com - Setiap tahun, ribuan anak-anak dari berbagai penjuru Indonesia harus datang ke Jakarta untuk menjalani pengobatan di rumah sakit rujukan nasional.
Salah satu kasus terbanyak adalah pasien anak penderita penyakit jantung bawaan yang dirujuk ke Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK). Data menunjukkan bahwa sepanjang 2022–2023, lebih dari 9.000 anak dirawat di RSJPDHK, dan 91 persen di antaranya berasal dari luar Pulau Jawa.
Perjalanan jauh yang ditempuh dari daerah ke ibu kota bukan satu-satunya tantangan. Ketika mereka sampai di Jakarta, masalah baru muncul: tempat tinggal.
Banyak keluarga pasien yang tidak memiliki kerabat di ibu kota dan tidak mampu membayar penginapan atau kos selama masa pengobatan. Akibatnya, tak sedikit dari mereka yang terpaksa tidur di lorong rumah sakit, musala, bahkan emperan, demi tetap berada dekat anak yang sedang berjuang melawan penyakitnya.
Anak-anak yang mengalami penyakit serius seperti jantung bawaan, kanker, atau gangguan kompleks lainnya, memerlukan waktu pengobatan yang tidak sebentar. Prosesnya bisa berlangsung berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Kehadiran orang tua selama masa tersebut sangat penting, bukan hanya untuk membantu secara praktis, tapi juga untuk memberikan dukungan emosional dan psikologis yang besar pengaruhnya bagi pemulihan sang anak.
Namun, tanpa tempat tinggal yang layak, kehadiran orang tua menjadi beban tambahan. Bayangkan seorang ayah atau ibu harus memilih antara membeli obat atau membayar sewa kamar.
Dalam situasi seperti ini, rumah singgah menjadi harapan nyata. Tempat sederhana yang aman, bersih, dan dekat rumah sakit akan sangat membantu keluarga dari daerah agar dapat menjalani masa pengobatan dengan lebih tenang dan manusiawi.
Sayangnya, fasilitas rumah singgah di Jakarta masih sangat terbatas jumlahnya jika dibandingkan dengan kebutuhan. Oleh karena itu, berbagai inisiatif untuk mendirikan rumah singgah baru menjadi sangat penting.
Tidak hanya menyediakan atap bagi keluarga pasien, tetapi juga menjembatani empati sosial dan solidaritas lintas wilayah untuk mendukung anak-anak Indonesia yang tengah berjuang melawan penyakit kritis.
Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya rumah singgah ini datang melalui partisipasi 22 pelari Indonesia dalam ajang World Marathon Majors 2025, yang digelar di kota-kota besar seperti London, Sydney, Chicago, dan Valencia. Mereka tidak hanya berlari demi target pribadi, tetapi juga membawa misi kemanusiaan: menggalang kepedulian dan dukungan bagi anak-anak pasien rujukan dari berbagai daerah.
Salah satu peserta, Sheryl Sheinafia, yang akan berlari di Chicago Marathon, mengungkapkan bahwa partisipasinya kali ini memiliki makna lebih dalam.
“Saya melihat betapa beratnya perjuangan keluarga pasien anak dari luar kota. Mereka harus bertahan tanpa tempat tinggal layak di tengah tekanan emosional. Lewat langkah ini, saya ingin menyuarakan harapan untuk mereka, agar tak ada lagi anak yang harus berjuang sendiri,” ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Daffa Wardhana, yang akan berlari di Sydney Marathon. Ia menegaskan bahwa misi sosial inilah yang membuatnya tergerak.
“Berlari di ajang sebesar ini menjadi bentuk kecil dari kepedulian saya. Ada banyak anak yang butuh bantuan, bukan hanya soal pengobatan, tapi juga soal tempat tinggal dan kenyamanan saat menjalani masa sulit. Saya hanya ingin jadi bagian dari harapan itu,” kata Daffa.
Di balik gerakan ini berdiri Yayasan Ronald McDonald House Charities (RMHC) Indonesia yang menjadi penggagas kampanye sosial tersebut. Yayasan ini tengah membangun Rumah Singgah ke-4 di Kemanggisan, Jakarta Barat, yang akan diperuntukkan bagi keluarga pasien anak dari RS Jantung Harapan Kita, RS Anak dan Bunda Harapan Kita, serta RS Kanker Dharmais.
Ketua Yayasan RMHC Indonesia, Caroline Djajadiningrat, mengatakan, “Kami percaya setiap langkah yang diambil para pelari adalah simbol dari perjalanan menuju masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia. Rumah singgah bukan sekadar tempat tidur, tetapi ruang harapan di tengah perjuangan. Melalui partisipasi ini, kami ingin menyampaikan pesan tentang empati, dukungan, dan kebersamaan.”
Rumah singgah yang akan dibangun ini dirancang memiliki 66 kamar dan fasilitas pendukung yang nyaman. Kehadirannya ditujukan untuk mendekatkan keluarga pada anak-anak mereka selama masa pengobatan dan meminimalkan beban ekonomi yang selama ini menjadi penghalang utama bagi banyak keluarga.
Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk PERKI (Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia), serta dorongan dari publik, Yayasan RMHC berharap lebih banyak masyarakat yang terlibat, baik sebagai relawan, donatur, maupun penyebar pesan. Ini bukan sekadar soal lari, tapi tentang membawa harapan bagi anak-anak yang sedang berjuang untuk sembuh.
Load more