Jakarta, tvOnenews.com - Dr. Kilala Tilaar memprediksi tren kecantikan perempuan yang mulai bermunculan untuk tahun 2025 mendatang.
Diketahui, Dr. Kilala Tilaar seorang pakar kecantikan yang berpengalaman, serta keterlibatannya sebagai juri di berbagai event kecantikan internasional seperti In-cosmetics, Cosmoprof maupun sebagai anggota organisasi Intercolor.
Bahkan, secara aktif sering menjadi juri dan terlibat dalam event besar kosmetik dunia tersebut.
Dr. Kilala Tilaar menerangkan, ada beberapa faktor akan berpengaruh besar dan diprediksi menjadi tren tahun depan dengan kebutuhan pasar akan produk yang berbasis Vegan, Natural, Cruelty free, Clean Beauty, dan Recycable Eco-friendly.
"Nantinya mengusung konsep Sustainability, mengedepankan Wellness & Wellbeing, menggunakan AI Technology serta Diagnose Technology memegang peranan penting di 2025," ujar dia dalam keterangannya, Jumat (29/11/2024).
Oleh karena pada umumnya produk vegan mengandalkan bahan alami dari tumbuhan, konsumen menaruh perhatian besar akan kandungan ingredient yang ada di dalam sebuah produk.
Mereka juga memperhatikan value dan upaya keberlanjutan yang diupayakan oleh brand melalui pemilihan ingredient yang aman, alami, dan bebas dari bahan kimia berbahaya.
Pada 2025 juga diperkirakan akan semakin banyak brand kecantikan yang mengikuti tren untuk menciptakan produk yang berkelanjutan, alami, dan organik.
"Sejalan dengan laporan Pasar Kosmetik Vegan Global (Business Research Company, 2024) yang melansir bahwa secara global, pasar produk kecantikan vegan ini bernilai USD 18,61 miliar pada 2024. Adapun angka ini diprediksi akan terus meningkat hingga USD25,61 miliar pada 2028," jelasnya.
Tidak hanya natural dan organik yang berkelanjutan, tetapi secara teknologi bahan baku industri kecantikan sudah mengalami kemajuan yang luar biasa.
Produk-produk yang diluncurkan di 2025 akan banyak berbicara mengenai “delivery system” technology yaitu teknologi yang mampu membawa active ingredients masuk ke dalam lapisan kulit yang bermasalah secara tepat sasaran dan berkala.
"Teknologi ini disebut sebagai technology encapsulated active," ungkap Dr. Kilala Tilaar.
Selain itu, Gen Z dan Gen Alpha juga menaruh kepedulian yang besar pada isu lingkungan.
Hal ini mendorong mereka untuk cenderung memilih produk-produk hybrid beauty, clean beauty yang ramah lingkungan dengan ‘keberpihakan’ pada alam.
Menurut Dr. Kilala Tilaar, para generasi muda ini cenderung tertarik membeli produk-produk dengan label 'natural' dan 'vegan' dibandingkan generasi sebelumnya.
Berdasarkan survei dari Helen + Gertrude pada 2023, sebanyak 27% responden dari kalangan Gen Z rutin membeli produk kecantikan yang memiliki konsep keberlanjutan atau ramah lingkungan.
Mereka juga fokus pada produk dengan bahan-bahan alami.
"Sustainability Trend ini kemudian tidak hanya mencakup bahan baku dan formulasinya saja yang natural dan ramah lingkungan tetapi juga dengan design packaging dan material packaging yang mendukung konsep sustainability. Semangat reuse, recycle, reduce menjadi tren pada penciptaan kemasan kosmetik dan personal care," terangnya.
Hal ini juga didorong oleh kepedulian konsumen pada kemasan yang ramah lingkungan, bisa didaur ulang, dan berkelanjutan.
"Namun, fungsionalitas dan daya tarik estetik juga tidak kalah penting bagi mereka. Gen Z, Gen Alpha, dan Millenial menyukai kemasan yang memiliki nilai ‘unik’ diiringi dengan inovasi dan kemudahan penggunaan. Di tahun 2025, tren ini diprediksi akan semakin populer," ucap dia.
Tak hanya itu saja, teknologi kecantikan atau beauty tech, diprediksi akan memainkan peran yang semakin besar di 2025.
Penelitian dari McKinsey menunjukkan bahwa 71% konsumen saat ini berharap untuk merasakan pengalaman yang dipersonalisasi saat mereka berbelanja.
Selanjutnya, Penelitian McKinsey juga menunjukkan bahwa personalisasi dapat berdampak langsung pada siklus hidup pelanggan.
Dilaporkan hampir 80% konsumen lebih cenderung melakukan pembelian berulang dari sebuah brand dan merekomendasikan brand tersebut kepada teman atau anggota keluarga jika dianggap memberikan pengalaman yang dipersonalisasi.
Hal ini tergambar dengan maraknya peluncuran produk-produk baru dalam bentuk professional devices yang menggunakan tehnologi AI yang dapat mendiagnosa keadaan kulit dengan menggunakan big data untuk dapat merekomendasikan formula yang cocok dengan permasalahan kulit yang dihadapi pelanggan.
Dengan harapan memenangkan pelanggan baru, akan banyak brand dan perusahaan kecantikan yang menggunakan teknologi dan sains dengan cara yang inovatif. Beberapa brand kecantikan besar telah mengintegrasikan AI dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara personalized dan penggunaan teknologi canggih seperti alat terapi kulit berbasis LED," beber dia.
Sementara untuk tren warna, Dr. Kilala Tilaar menyebutkan tren warna untuk 2025 memadukan elemen teknologi, alam, dan pengalaman manusia, yang mencerminkan interaksi yang berkembang antara unsur-unsur ini.
"Secara garis besar paduan kesemuanya ini menciptakan keseimbangan yang harmonis antara hal yang bersifat cutting-edge, organik, dan yang berpusat pada manusia sehingga menghasilkan palet warna yang inovatif dan menenangkan seperti Biru, Kuning, Soft Pink, Merah Bold, Oranye, Earthy Green," pungkasnya.
Adapun, pasar teknologi kecantikan diperkirakan akan terus berkembang pesat.
Berdasarkan Statista, hal ini diperkirakan akan terus meningkat selama lima tahun ke depan, bahkan mencapai nilai sekitar $8,93 miliar pada 2026.(lkf)
Load more